Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) berencana membeli kembali atawa buyback saham. Pembelian kembali saham akan dilaksanakan secara bertahap dengan perkiraan periode 9 Februari 2022 hingga 8 Mei 2022.
Perkiraan nilai nominal saham yang akan dibeli kembali adalah maksimum Rp 1 triliun dengan jumlah saham maksimum 588 juta saham. KLBF membatasi harga pembelian saham sebesar Rp 1.700 per saham.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menuturkan harga tersebut tidak jauh berbeda dengan harga sahamnya saat ini di Rp 1.650. Menurutnya, secara teknikal belum terlihat respon dari pasar, justru beberapa hari ini melemah karena mungkin sudah rally cukup panjang sejak Agustus tahun lalu.
"Area Rp 1.600-Rp 1.700 ini juga merupakan resistance yang kuat sejak 2018 lalu," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (9/2).
Walau begitu, dia menilai secara fundamental aksi buyback merupakan hal yang positif, mencerminkan posisi keuangan yang kuat. Posisi kas perseroan saat ini juga cukup besar yaitu mencapai Rp 5,6 triliun.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Hari Ini (10/2): Enam Saham Pilihan Untuk Trading dan Investasi
Karenanya, Pandhu menilai pelaksanaan buyback tidak akan mengganggu cashflow, apalagi anggaran belanja modal KLBF tahun ini sebesar Rp 1 triliun.
Selain itu aksi buyback juga memberikan kesan bahwa manajemen cukup yakin dengan prospek dan valuasi saat ini masih di bawah harga wajarnya.
Untuk prospeknya, Investindo Nusantara Sekuritas menilai cukup baik. Sebab, pengembangan platform digital seperti Klik Dokter yang telah mencapai lebih dari 14 juta pengguna, menjadikan posisi perseroan lebih dekat dengan basis konsumen.
Manajemen juga memberikan panduan pertumbuhan pendapatan tahun 2022 double digit. Hal itu menurutnya, positif mengingat CAGR 5 tahun terakhir di kisaran 5,3%.
Namun jika dilihat dari rasio gross profit margin yang terus menurun, dimana berdasar laporan keuangan September 2019 mencapai 43% dibanding 5 tahun lalu masih sekitar 48%.
Hal ini memberikan kesan bahwa perseroan tampak kesulitan dalam persaingan harga selain karena bauran produk yang lebih luas.
"Berdasarkan hal tersebut diproyeksikan laba tahun ini akan mencapai sekitar Rp 3,4 triliun atau tumbuh sekitar 10% dibanding laba tahun lalu," katanya.
KLBF saat ini diperdagangkan pada level PE sekitar 25,3x, sedikit di bawah rata-rata PE 5 tahun terakhir di sekitar 28x.
Pandhu memproyeksikan jika target kinerja tahun ini tercapai maka estimasi EPS tahun ini akan mencapai sekitar Rp 72.
"Dengan demikian target 12 bulan ke depan adalah sekitar Rp 2.000, relatif menarik mengingat ada potensial upside hingga 20%," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News