kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kader Partai Demokrat di Balik Garuda


Kamis, 22 Oktober 2009 / 07:02 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Akhirnya, PT Garuda Capital Investama membuka nama-nama di balik perusahaan yang akan mengakuisisi Grup Optima ini. Mereka adalah Jeffrey Nedi, Bambang Satrio, dan Sutrisno. Adapun perusahaan investasi asal Dubai yang menjadi kongsiannya adalah Dubai International Capital LLC (DIC).

Jeffrey Nedi adalah pemilik PT Eracomm, perusahaan content provider. Ia pernah mempunyai saham di PT Jatis Solusindo. Adapun Sutrisno adalah kader Partai Demokrat. "Memang anak-anak muda di Partai Demokrat meminta saya untuk menjadi komisaris di sini," ujar Komisaris Utama Garuda Capital Subur Budhi Santosa kepada KONTAN, kemarin (21/10).

Adapun, Dubai International Capital adalah anak usaha Dubai Holding, perusahaan pengelola dana milik Pemerintah Dubai. Subur mengaku belum mengetahui porsi masing-masing pihak dalam konsorsium tersebut.

Menurut Juru Bicara Garuda Capital Antonius P., dana akuisisi US$ 10 juta berasal dari patungan ketiga pengusaha lokal tadi. Dubai International akan menyetor dana pelunasan tunggakan Optima, serta biaya operasional Optima selanjutnya. "Perwakilan Dubai International Capital di Indonesia masih memfinalisasi porsi ini dengan kantor pusat di Dubai," ujarnya.

Saat ini, PT Optima Kharya Capital Management mempunyai kewajiban mencicil pembayaran kontrak pengelolaan dana (KPD) kepada PT AJB Bumiputera 1912 sebesar Rp 342 miliar dan kepada PT Kereta Api Indonesia (KAI) senilai Rp 100 miliar. Selain itu, ada kewajiban kepada sejumlah nasabah ritel.

Konsorsium ini membeli Optima karena harganya relatif miring. "Wajar bila kami mengambil Optima karena perusahaan yang tengah bermasalah biasanya harganya murah," kata Antonius.

Optima saat ini memiliki aset sekitar Rp 2 triliun dan tujuh kantor cabang di beberapa kota. "Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) saat ini masih di atas Rp 50 miliar," kata Harjono Kesuma, Direktur Utama Grup Optima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×