Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai, produsen rokok PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) mendapatkan keuntungan di tengah penurunan daya beli dan kenaikan tarif cukai. Pasalnya, sebagian besar harga produk Wismilak hampir sama dengan harga jual eceran (HJE) minimum yang ditetapkan pemerintah sehingga lebih murah dibanding kategori tier-1.
Di sisi lain, sebagian konsumen rokok beralih ke merek-merek yang menawarkan harga lebih rendah. Dengan begitu, Wismilak yang termasuk ke dalam tier-2 memperoleh permintaan tambahan dari konsumen yang mengincar rokok yang lebih terjangkau.
Berdasarkan riset Analis Mirae Aset Sekuritas Christine Natasya, Jumat (2/10), volume produksi sigaret kretek mesin (SKM) Wismilak kurang dari 1 miliar barang pada 2019. Akan tetapi, selama tahun 2020, volume produksinya diprediksi bisa mencapai 1,3 miliar batang dan tetap di bawah 2 miliar batang untuk tahun 2021.
Baca Juga: Genjot utilisasi, Wintermar (WINS) lakukan ekspansi internasional
"Kami yakin perusahaan akan mempertahankannya tingkat produksinya di bawah 3 miliar batang untuk mendapatkan keuntungan dari pajak cukai dan HJE," kata Christine dalam risetnya, Jumat (2/10).
Menurut Christine, yang menjadi pendorong pertumbuhan volume penjualan Wismilak adalah produk SKM Diplomat EVO. Saat ini, Wismilak bisa menjual sekitar 5,7 juta-6 juta batang setiap minggunya. "Menurut perhitungan kami, jumlah tersebut berkontribusi 40%-42% dari total volume penjualan perusahaan," ucap dia.
Hingga Agustus 2020, Wismilak telah menjual 492,9 juta SKM low tar low nicotine (SKM LTLN) atau meningkat 210% year on year (yoy). Kemudian, sigaret kretek tangan (SKT) yang berhasil dijual hingga Agustus 2020 mencapai 326 juta barang atau naik 11% yoy.
Christine mengatakan, Wismilak yakin mampu meraih volume penjualan yang cukup tangguh di tahun ini. Dengan catatan, penegakan penuh persyaratan HJE oleh pemerintah akan terjadi pada kuartal IV-2020 sehingga merek tier-1 dengan margin lebih rendah seperti Magnum Mild milik PT HM Sampoerna Tbk akan diminta untuk menaikkan harga jual rata-rata 15%-20% lagi dari harga saat ini.
Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) diprediksi bisa realisasikan kontrak baru Rp 13,5 triliun tahun ini
"Menurut kami, hal ini akan semakin mengurangi penjualan volume Sampoerna. Kami juga berpikir bahwa peralihan konsumen ke Diplomat Evo kemungkinan besar akan bertahan atau bahkan lebih nyata," ungkap Christine.
Mengingat skala ekonomi dari penjualan merek yang lebih murah, margin WIIM diprediksi akan tetap elastis. Wismilak mengharapkan, laba bersih dapat mencapai setidaknya Rp 100 miliar atau Rp 47,6 per saham pada tahun ini. Jumlah tersebut melesat 266,7% dibanding laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tahun 2019 yang sebesar Rp 27,27 miliar.
Per perdagangan Selasa (6/10), harga saham WIIM ditutup di level Rp 346 per saham yang menunjukkan price earning ratio (PER) sebesar 8,33 kali. Dengan asumsi pertumbuhan bottom line konservatif 10% yoy untuk 2021, WIIM diperdagangkan pada valuasi ringan dengan PER 2021 di 6,4 kali.
Selanjutnya: Media Nusantara Citra (MNCN) private placement 173,68 juta saham
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News