Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Trio saham Grup Barito kompak merosot pada Sesi II perdagangan hari ini, Kamis (14/12). PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT
Barito Renewables Energy Tbk (BREN) anjlok lebih dari 1% hingga pukul 15:05 WIB.
Hingga kurun waktu tersebut, saham BRPT merosot 5,56% ke posisi Rp 1.615. TPIA melemah 2,30% ke harga Rp 4.670, sedangkan BREN turun 4,29% ke level Rp 7.250 per saham.
Ketiga harga saham milik taipan Prajogo Pangestu itu jatuh, sejalan dengan riset terbaru JP Morgan yang memangkas peringkat BRPT dari sebelumnya netral menjadi underweight. Sebagai induk Grup Barito, BRPT telah naik lebih dari 60% sejak 2 November 2023, jauh mengungguli performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Lonjakan tersebut terdorong oleh dua saham anak usaha BRPT, yakni BREN dan TPIA. JP Morgan menguraikan, BREN mencakup 56% sum of the parts (SOTP) dan TPIA sebesar 39% dari SOTP. Rasio EBITDA dari BREN dan TPIA saat ini melebihi 100 kali.
Baca Juga: Saham Emiten Prajogo Pangestu Ngebut Lagi, Market Cap BREN Tembus Rp 1.000 Triliun
Tapi, JP Morgan memandang lonjakan pada saham BREN dan TPIA tidak sebanding dengan perubahan substansial dalam prospek pertumbuhan keduanya. Sehingga tampak tidak berkelanjutan dalam jangka waktu 12 bulan ke depan.
"Kami tidak melihat adanya perubahan penting pada prospek pertumbuhan TPIA dan BREN. Hal ini akan mengarahkan risk/reward ke sisi negatif bagi BRPT," ungkap riset tersebut.
JP Morgan memperkirakan dengan spread Polyethylene (PE) / Polypropylene (PP) yang lemah akan menyebabkan pemulihan kinerja keuangan TPIA berjalan lambat. Spread PE/PP pada tahun 2024 diperkirakan di bawah level pertengahan siklus pada level US$ 400 - US$ 420 per ton, didorong oleh penambahan kapasitas dan banyaknya permintaan.
Dengan begitu, return on invested capital akan berada pada kisaran 3%-4% dibandingkan 15%-20% dalam periode kenaikan siklus. Price to book value pun 7 kali lebih tinggi dibandingkan peers di regional ASEAN dengan book value di bawah 1 kali.
Sementara itu, BREN telah mencapai kesepakatan untuk mengakuisisi 100% Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap berkapasitas 75 Megawatt (MW). Namun aksi tersebut hanya akan menghasilkan pendapatan tambahan kurang dari 10% - 2% bagi BREN.
Baca Juga: Ini Emiten Konglomerasi yang Rajin Ekspansi di Tahun 2023
JP Morgan memproyeksikan peningkatan kapasitas compounded annual growth rate (CAGR) BREN sebesar 6% pada tahun 2023-2027. Estimasi ini tidak sejalan dengan profil EBITDA yang di atas 100 kali.
"Kami yakin risk/reward pada kepemilikan portofolio utama, BREN dan TPIA, cenderung mengarah ke bawah dengan EBITDA >100x tanpa adanya perubahan signifikan dalam prospek pertumbuhan, sehingga kami menurunkan peringkat BRPT," imbuh JP Morgan.
Meski BRPT turun peringkat dari netral ke underweights, namun JP Morgan tetap mempertahankan target harganya pada level Rp 1.100 per saham. Sekadar mengingatkan, underweight merupakan istilah dalam perdagangan saham, yang diprediksi akan mengalami penurunan harga dibandingkan saham lainnya dalam satu sektor yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News