kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,27   6,81   0.74%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jokowi masih jadi favorit pelaku pasar saham


Minggu, 25 Februari 2018 / 14:53 WIB
Jokowi masih jadi favorit pelaku pasar saham


Reporter: Riska Rahman | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir pekan lalu, PDI Perjuangan secara resmi mengumumkan rencananya untuk mencalonkan kembali Presiden Joko Widodo dalam Pemilu Presiden 2019 mendatang. Pengumuman ini, dipandang analis, tak memberikan dampak yang terlalu besar ke pasar.

Majunya Jokowi sebagai calon dari PDI Perjuangan dalam Pilpres 2019 nanti dipandang Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra tak memberikan dampak besar terhadap pergerakan pasar saham.

"Para pelaku pasar sudah mengantisipasi pencalonan Jokowi untuk maju di pemilu tahun depan," ujarnya kepada KONTAN, Sabtu (24/2).

Lagipula, pasar nampaknya cukup mengapresiasi berbagai langkah yang telah dilakukan Jokowi selama menjabat hampir empat tahun terakhir. Walau pertumbuhan ekonomi tidak mengalami pertumbuhan yang terlalu tinggi, pertumbuhan terlihat masih terus berjalan meskipun lambat.

Pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan, berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan dari pajak, dan pemberantasan korupsi juga jadi poin plus di mata pelaku pasar. Meski hasil dari upaya tersebut belum terlihat dalam satu periode jabatannya ini, Aditya menilai pasar menyukai cara kerja dan sikap Jokowi serta tim ekonominya.

"Maka tak heran jika selama masa jabatan Jokowi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah naik cukup tinggi," pungkasnya.

Namun, bukan berarti pemerintahan Jokowi tak memiliki kekurangan. Ia masih memiliki beberapa PR yang belum tuntas. Diantaranya ialah pelaksanaan paket kebijakan ekonomi yang belum maksimal, pelemahan daya beli yang terjadi di tahun 2017 lalu, serta tingginya utang Indonesia untuk membiayai berbagai proyek infrastruktur yang juga bisa jadi amunisi bagi para lawan Jokowi di Pilpres tahun depan.

Untuk itu, Aditya pun menyarankan para pelaku pasar untuk memperhatikan perkembangan jelang pemilu 2019 nanti. "Sebab, langkah yang diambil partai koalisi dan lawan serta perkembangan isu lainnya akan lebih berperan dalam mempengaruhi IHSG ke depan dibandingkan isu pencalonan Jokowi," paparnya.

Selain isu politik, kenaikan suku bunga The Fed juga jadi sentimen lain yang mempengaruhi laju indeks selama tahun ini. Hal ini berpotensi memberikan dampak negatif bagi IHSG, setidaknya selama bulan Maret nanti di mana The Fed diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga pertamanya tahun ini.

Walau isu politik bakal serta kenaikan suku bunga The Fed mewarnai pergerakan IHSG selama setahun ini, ia pun masih yakin IHSG akan bisa menembus level 7.000 di akhir tahun nanti. "Asalkan IHSG masih bergerak di batas support 6.450 dan resistance 6.700," tutur Aditya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×