Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saya belum lama menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) PT Lippo Karawaci Tbk. Penunjukan saya sebagai pimpinan Lippo Karawaci dilaporkan ke Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 Maret 2019.
Pak Mochtar (Mochtar Riady, pendiri Grup Lippo dan kakek John Riady) yang meminta saya sebagai CEO. Saya mengikuti amanah beliau. Meskipun ini tugas yang tidak mudah.
Tahun 2013, Lippo Karawaci sempat menjadi perusahaan properti dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia. Namun kapitalisasinya kini turun hingga 80%. Fenomena itu terjadi sejak sekitar dua atau tiga tahun belakangan.
Selain faktor sektoral properti yang memang sedang turun, ada pula faktor internal Lippo Karawaci. Hanya saja, penurunan kinerja kami memang lebih besar ketimbang perusahaan lain.
Padahal, kondisi keuangan kami sangat sehat. Tatkala kapitalisasi kami terus tergerus, net asset value (NAV) justru naik. Saat ini, nilai aset perusahaan mencapai Rp 70 triliun dengan sekitar utang Rp 14 triliun.
Kenapa bisa begitu? Karena ada masalah dari sisi kepercayaan pasar dan image. Saya akui, kasus dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan dampak yang tidak baik bagi kami. Perkara lain adalah penyelesaian proyek yang tidak sesuai dengan jadwal.
Sementara apa yang berkembang kadang tidak selalu seperti yang sebenarnya. Misal saja mengenai proyek Meikarta. Publik sudah terlanjur menilai proyek tidak berizin.
Padahal izin untuk pembangunan properti sangat spesifik. Kalau kami akan membangun gedung tiga lantai maka izin yang harus keluar juga terkait proyek gedung itu saja.
Oleh karena itulah, dari total rencana proyek Meikarta 500 hektare (ha), baru 84 ha atau tahap pertama yang berizin. Nanti, proses pengerjaan tahap pertama terdiri dari fase A, B dan C.
Terus terang, kemarin ada beberapa pembeli proyek Meikarta yang meminta pengembalian uang alias refund tidak jadi membeli. Yah, tapi kalau jumlah puluhan yang mengembalikan dibandingkan dengan ratusan ribu pembeli yang masih bertahan, tentu porsi refund masih kecil.
Berkaca dari itu, saya sebagai pemimpin baru ingin ke depan Lippo Karawaci menjadi perusahaan yang lebih baik. Saya tidak mengatakan bahwa kepemimpinan Pak Mochtar dan Pak James (James Riady, CEO Lippo Group dan ayah John Riady) tidak baik. Masing-masing baik pada zamannya.
Pak Mochtar pada tahun 1950 silam mengawali bisnis dari Lippo Bank. Fokus beliau adalah perbankan dan keuangan. Kalau Pak James lebih fokus pada pelayanan konsumen. Tak heran jika beliau banyak mengembangkan lini bisnis.
Sementara saya memilih untuk fokus pada tiga segmen bisnis utama yakni kesehatan, perumahan dan pusat perbelanjaan. Karena tiga segmen tersebut sangat potensial dan pasarnya akan selalu ada. Cita-cita saya adalah menjadikan Lippo Karawaci sebagai regional champion di kawasan Asia Tenggara dalam tiga hingga lima tahun ke depan.
Secara garis besar, saya membuat timeline dalam 12 bulan, tiga tahun dan lima tahun. Untuk jangka pendek 12 bulan, ada enam poin strategi yang menjadi target saya. Pertama, menyelesaikan penggalangan dana US$ 1 miliar. Nanti, sekitar Rp 3 triliun di antaranya untuk mendanai pembangunan proyek Meikarta.
Kedua menyelesaikan likuiditas dan ketiga menyehatkan neraca. Dari utang Rp 14 triliun tadi, saya akan berupaya mengurangi hingga Rp 3 triliun tahun ini. Sumbernya juga dari penggalangan dana. Jadi, target utang tahun depan menjadi Rp 11 triliun.
Kalau dibandingkan dengan aset yang masih besar dan keuangan kami, sebenarnya tidak ada urgensi dari penurunan utang. Namun kami ingin membangun imej yang baik sebagai perusahaan yang sehat di depan investor.
Keempat, menyelesaiakan proyek yang sedang berjalan. Fokus Lippo Karawaci tahun ini adalah menyelesaikan pembangunan delapan proyek yang sebelumnya molor dari jadwal yang sudah ditetapkan. Kami ingin menunjukkan komitmen dan keseriusan kami kepada pembeli.
Makanya, tahun ini Lippo Karawaci tidak meluncurkan proyek baru. Kami baru akan merilis proyek baru pada awal 2020 nanti.
Kelima, mendapatkan hasil dari penjualan proyek kembali. Saya ingin sistem keuangan Lippo Karawaci berputar. Dengan target semua berjalan lancar, tahun 2021 atau 2022 saya harapkan perusahaan bisa kembali membagikan dividen.
Terakhir, merombak manajemen dan komisaris perusahaan. Harapan saya Lippo Karawaci bisa meningkatkan transparansi dan good governance di perusahaan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News