kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jika The Fed Kerek Suku Bunga 75 bps, Yield SBN 10 Bertenor 10 Tahun Bisa Tembus 7,7%


Rabu, 15 Juni 2022 / 17:12 WIB
Jika The Fed Kerek Suku Bunga 75 bps, Yield SBN 10 Bertenor 10 Tahun Bisa Tembus 7,7%
ILUSTRASI. Ilustrasi foto Obligasi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia kembali berada dalam tekanan. Hal ini tercermin dari pergerakan yield SBN acuan 10 tahun yang kembali melemah. Sempat bergerak menguat dan menembus di bawah level 7,0%, kini yield SBN acuan 10 tahun kembali ke level 7,45%.

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengungkapkan, hal tersebut imbas dari kekhawatiran pasar terhadap sikap yang akan diambil The Fed pada FOMC meeting pekan ini. 
Pasalnya, kini banyak pihak yang memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps, atau lebih tinggi dari perkiraan semula yang sebesar 50 bps.

Fikri melihat terlepas The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 bps ataupun 75 bps, yield US Treasury masih akan tetap naik. Alhasil, yield SBN acuan 10 tahun diperkirakan juga masih akan naik dalam jangka pendek.

Baca Juga: Lelang Sukuk Negara Sepi Peminat, Pemerintah Cuma Menyerap Rp 5,1 Triliun

“Jika ternyata The Fed menaikkan sebesar 50 bps, efeknya mungkin jauh lebih terbatas. Tapi, jika ternyata sebesar 75 bps, maka yield SBN acuan 10 tahun bisa naik tajam,” terangnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/6).

Berdasarkan proyeksi Fikri, yield SBN acuan 10 tahun bisa bergerak ke arah 7,7% jika kenaikan suku bunga sebesar 75 bps.

Selain dari keputusan terkait Fed Rate, dia juga menyebut pasar obligasi juga akan dipengaruhi oleh arahan Fed Dot Plot pada FOMC meeting tersebut. Pasar akan melihat seperti apa kebijakan The Fed secara jangka pendek maupun jangka panjang dalam menyikapi tingginya inflasi di AS. 

“Jika masih ada ekspektasi kenaikan suku bunga acuan secara agresif atau lebih cepat dari timeline semula, maka pasar obligasi bisa kembali berada dalam tekanan hingga akhir tahun nanti,” imbuhnya.

Menurut Fikri, faktor yang bisa meredam gejolak di pasar obligasi saat ini adalah ketika laju inflasi AS melambat, serta terus membaiknya data pasar tenaga kerja AS. Pasalnya, agresivitas The Fed diekspektasikan akan memudar dan membuat yield US Treasury melambat, atau bahkan kembali turun. 

Jika ternyata laju inflasi AS tidak bisa diredam dan belum ada perbaikan data tenaga kerja, pada akhir tahun nanti, dia melihat SBN acuan 10 tahun bisa bergerak menuju kisaran 7,5% 8,0%. 

Baca Juga: Porsi Asing Menipis, Saat Ini Dianggap Jadi Momentum Milenial Dominasi Pasar SBN

Namun, jika ternyata inflasi AS bisa diredam, lalu ditopang dengan data ekonomi Indonesia yang masih tetap solid, besar kemungkinan yield SBN acuan 10 tahun akan turun ke kisaran 7,2%-7,5% pada akhir tahun nanti.

“Investor sebaiknya wait and see terlebih dahulu dan mengamankan portofolionya di tengah kondisi ini. Bisa alihkan portofolio ke obligasi yang bertenor pendek, atau dipindahkan ke aset yang lebih aman,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×