kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jika konsumsi gas industri terus turun, Perusahaan Gas Negara (PGAS) bisa merugi


Kamis, 16 April 2020 / 18:16 WIB
Jika konsumsi gas industri terus turun, Perusahaan Gas Negara (PGAS) bisa merugi
ILUSTRASI. PGAS memperkirakan konsumsi gas bumi, khususnya dari industri manufaktur bakal berkurang seiring wabah corona.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) memperkirakan konsumsi gas bumi, khususnya dari industri manufaktur bakal berkurang seiring wabah virus corona. Kondisi ini pun bisa mempengaruhi kinerja keuangan emiten pelat merah tersebut.

Direktur Utama PGAS Gigih Prakoso Soewarto mengatakan, apabila status keadaan darurat corona terus berlanjut, maka akan berdampak negatif terhadap konsumsi gas di sektor industri manufaktur. Perkiraan dia, konsumsi gas industri manufaktur secara umum berpotensi turun sekitar 15% pada kuartal kedua tahun ini.

Lebih jauh, sektor industri kimia menjadi sektor yang paling terdampak virus corona karena konsumsinya berpeluang turun 12,77 bbtud. Berikutnya ada industri keramik yang konsumsi gasnya berpotensi turun 11,18 bbtud.

Baca Juga: Menteri ESDM teken beleid harga gas bagi 7 sektor industri dan kebutuhan PLN

Ada juga industri makanan dan gas alam terkompresi atau compressed natural gas (CNG) yang berpeluang mengalami penurunan konsumsi gas masing-masing sebesar 10,90 bbtud dan 8,88 bbtud. “Puncak penurunan konsumsi gas bumi di sektor industri kemungkinan di bulan Mei, Juni, hingga Juli,” ungkap dia saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama DPR RI, Kamis (16/4).

Gigih juga menyampaikan, permintaan gas bumi PGAS dari pelanggan ritel berpotensi turun 18,66 bbtud pada tahun ini. Sementara permintaan gas bumi dari pelanggan korporat diprediksi turun 10 bbtud. Adapun permintaan gas bumi dari calon pelanggan diperkirakan turun 2,94 bbtud.

Meski tidak disebut secara rinci, konsumsi gas yang menurun bisa berdampak negatif bagi pendapatan, margin laba usaha, bahkan membuat PGAS mencatat rugi bersih pada tahun ini.

Baca Juga: Tujuh Bidang Industri Menikmati Harga Gas Murah

Secara umum, manajemen PGAS akan berupaya melakukan efisiensi dari segi belanja modal atau capital expenditure (capex) maupun belanja operasional atau operating expenditure (opex). Catatan Kontan.co.id, PGAS menggelontorkan capex hingga US$ 700 juta di tahun ini yang difokuskan pada pengembangan organik perusahaan.

Selain itu, guna mempertahankan kinerja sekaligus menjaga konsumsi gas para pelanggannya, PGAS juga menyiapkan paket kebijakan relaksasi seperti penyesuaian batas minimum bagi pelanggan kategori industri jasa dan komersial kecil. Sedangkan bagi calon pelanggan, PGAS bisa membuat kesepakatan penundaan penyaluran gas hingga wabah corona mereda.

“Kami juga sedang melakukan permintaan penurunan take or pay kepada pemasok gas di hulu,” tambah Gigih.

Baca Juga: PGN akui konsumsi gas industri menurun akibat wabah corona dan harga minyak

Terlepas dari itu, PGAS tetap akan menjalankan perannya dalam membangun berbagai infrastruktur terkait gas bumi, tak terkecuali pembangunan jaringan gas transmisi. Tentunya pengerjaan proyek tersebut akan dilakukan berdasarkan protokol kesehatan dan keamanan yang berlaku demi mencegah penyebaran Covid-19.

Sebagai informasi, pendapatan PGAS di tahun lalu turun 0,55% (yoy) menjadi US$ 3,84 miliar. Laba bersih perusahaan ini juga anjlok 77,8% (yoy) menjadi US$ 67,58 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×