Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang voting kesepakatan Brexit, poundsterling bergerak melemah terhadap rival utamanya dollar AS.
Mengutip Bloomberg, Jumat (7/12), poundsterling tercatat melemah 0,43% ke 1,2726.
Puja Purbaya Sakti Analis PT Rifan Financindo Berjangka mengatakan semakin melemahnya poundsterling ini karena dampak dari Parlemen Inggris yang akan menggelar voting pada draft kesepakatan Brexit yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May pada 11 Desember.
Menurut juru bicara PM Inggris, sang perdana menteri akan memenuhi jadwal tersebut sesuai rencana, meski banyak spekulasi penundaan. May diekspektasikan akan kalah dalam penentuan keputusan draf tersebut.
Beredar kabar, para pembuat kebijakan dari Partai Konservatif maupun partai lain, menolak proposal kesepakatan itu karena menghendaki versi lengkapnya. Oleh sebab itulah, May saat ini dikabarkan sedang menghadapi desakan dari para menteri senior untuk menunda voting tersebut sehingga memberikan sentiment negatif bagi pergerakan poundsterling.
Sementara, Hingga penutupan perdagangan akhir pekan hari Jumat (7/12), dollar AS bergerak flat menyusul laporan bahwa The Fed sedang mempertimbangkan mengadopsi pendekatan "wait & see" untuk menilai kenaikan suku bunga acuan. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan 18-19 Desember yang akan menjadi kenaikan keempatnya tahun ini.
"Namun, para investor dilaporkan mengurangi nilai investasi mereka pada kenaikan tingkat 2019 di tengah kerugian pasar saham dan kekhawatiran atas perang perdagangan yang meningkat antara AS dan China," kata Puja, Minggu (9/12).
Senin (10/12), pukul 16.30 WIB akan dirilis indikator ekonomi GB Balance of Trade OCT yang diprediksi akan mengalami penurunan yang cukup signifikan dari £-0.027 miliar menjadi £-2.6 miliar. Semakin anjloknya jumlah total dari neraca perdagangan Inggris yang mengukur selisih nilai impor dan ekspor barang dan jasa selama periode terlapor ini akan berdampak unfavorable bagi poundsterling.
Sementara itu, pada waktu yang sama akan dirilis indikator ekonomi GB Manufacturing Production MoM OCT yang diprediksi akan bertahan diangka 0.2%. Puja mengatakan masih bertahannya jumlah Produksi Manufaktur Inggris yang mengukur perubahan nilai total tersesuaikan inflasi dari output yang diproduksi ini akan berdampak unfavorable bagi poundsterling.
Kemudian, pukul 22.00 WIB akan dirilis indikator ekonomi US JOLTs Job Openings OCT yang diprediksi akan mengalami peningkatan dari 7.009M menjadi 7.2M. Naiknya jumlah total dari lowongan pekerjaan yang dirilis oleh Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) yang terdiri dari perusahaan non-pertanian, sektor pemerintahan serta entitas pemerintah federal negara bagian ini akan berdampak favorable bagi dollar AS sehingga akan memberikan sentimen negatif bagi poundsterling.
Secara analisa teknikal, grafik daily di mana indikator Moving Average Exponential (EMA) melebar dengan arah kurs turun, kemudian pada Vortex Indicator (VI) dengan kondisi red over blue yang melebar di mana arah kurs berpotensi untuk turun. Selanjutnya pada indikator True Strengh Indicator (TSI) berada di area -13 yang menunjukkan kurs turun. Secara umum GBP/USD masih berpotensi untuk melanjutkan koreksi pada perdagangan selanjutnya.
Puja merekomendasikan sell untuk pasangan GBP/USD selama harga di bawah 1.2713 dengan level resistance antara 1.2785, 1.2828, 1.2910 dan support antara 1.2703, 1.2664, 1.2582.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News