kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Jelang libur, perdagangan obligasi malah ramai


Selasa, 14 Agustus 2012 / 12:17 WIB
Jelang libur, perdagangan obligasi malah ramai
BTS kalahkan Seventeen dan 2PM di peringkat boy group K-Pop terbaik bulan Juli 2021.


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas |

JAKARTA. Transaksi perdagangan obligasi di pasar sekunder bertambah di tengah penurunan harga obligasi pemerintah. Sampai penutupan perdagangan kemarin (13/8), volume transaksi obligasi melejit 88,49%.

Data Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE) mencatat, transaksi kemarin mencapai Rp 7,63 triliun. Surat Utang Negara (SUN) di tenor panjang menjadi yang paling banyak dijualbelikan yaitu hingga Rp 5,31 triliun. Frekuensi transaksinya sendiri bertambah 65,48%, dari 310 kali menjadi 513 kali.

Seri SUN paling aktif masih FR0058 yang berjangka waktu 20 tahun. Nilai transaksinya mencapai Rp 1,7 triliun dan ditransaksikan 143 kali. Sedang seri teraktif obligasi korporasi ditempati oleh obligasi Medco Energi International III Tahun 2012 (MEDC03) dengan volume Rp 9 miliar dan ditransaksikan 11 kali.

Koreksi harga SUN kemarin menandakan aksi jual cenderung mendominasi perdagangan. Investor banyak melakukan bid (penawaran) di pasar sekunder, sehingga transaksi yang terjadi mengoreksi harga, terutama di obligasi pemerintah.

Sekedar informasi pada penutupan kemarin (13/8), harga FR0058 turun lebih dari 250 basis poin (bps) menjadi 117,12 dari 119,7.

Sekretaris Perusahaan Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumpal Sihombing mengatakan bahwa perlambatan ekonomi global bertambah setelah Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang diumumkan melambat. Akibatnya, investor kembali menghindari risiko (risk aversion).

"Setelah sebelumnya perlambatan perekonomian menghantui Amerika Serikat (AS) dan Eropa, saat ini mulai menyebar ke Asia yakni China dan Jepang," jelasnya.

Di Eropa, pasar masih mencemaskan ketidakpastian pencairan dana bailout Yunani. Para petinggi Jerman menegaskan, jika Yunani tidak bisa menjalankan komitmen reformasi ekonomi, negara itu tidak layak mendapatkan dana bailout.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×