Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON) menargetkan pihaknya dapat mengantongi nilai order book (on hand) atau pemesanan senilai Rp 16,3 triliun tahun ini.
Pada sesi ekspos publik yang berlangsung di Gedung Jaya, Jakarta, Selasa (25/6), Hardjanto Agus Priambodo selaku Direktur Independen JKON menyampaikan perseroan masih akan fokus pada kelanjutan proyek ambisius. Enam Ruas Tol Dalam Kota Jakarta, yang diestimasi bernilai Rp 13-14 triliun dan aktif digunakan pada 2024 mendatang.
"Saat ini progress pembangunan enam ruas jalan tol sudah 44%. Saat ini proyek yang berjalan adalah bagian 1A yang berjarak 9 km dari jalan tol Pulo Gebang ke Kelapa Garing. Secara fisik, kami menargetkan selesai pada Desember 2019 sehingga pada 2020 sudah dapat digunakan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (26/5).
Sementara di bagian 1B pembangunan Enam Ruas Tol Dalam Kota Jakarta, perseroan saat ini masih menggodok dan memfinalisasi desain dasar (basic design). Setelah finalisasi desain selesai, perseroan mulai melakukan pembangunan pada Kuartal II 2019 atau 3-4 bulan ke depan.
"Untuk bagian 1C, kami merencanakan melakukan lelang. Targetnya bisa mencapai Rp 3-5 triliun. Namun tahap ini dilakukan jika 1B selesai. Kemungkinan akan dilakukan setelah 2020," jelas Hardjanto.
Selain itu, perseroan juga membidik pembangunan proyek properti di Jabodetabek yang bersifat mixed uses seperti kawasan apartemen dengan fasilitas mall, hotel, perkantoran di satu titik.
Direktur JKON Zali Yahya menambahkan, tahun ini berharap belanja pemerintah juga dapat lebih cepat agar pihaknya dapat menekan kerugian. "Semoga capex BUMD dan DKI Jakarta juga lebih baik tahun ini" ujarnya.
Apa yang disampaikan Zali Yahya, berhubungan dengan proyek kerja sama pihaknya dengan pemerintah. Sebagai informasi, JKON berkontribusi melakukan renovasi kompleks Stadion Gelora Bung Karno jelang Asian Games 2018.
Menilik laporan keuangan JKON pada kuartal I 2019, pendapatan perseroan meningkat 43,72% di angka Rp 726,56 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan membukukan pendapatan Rp 505,53 miliar.
Meski begitu, perseroan masih merugi Rp 23,054 miliar. Hal ini, selain diakibatkan tertundanya eksekusi beberapa proyek juga merupakan imbas dari adanya tahun politik dan situasi ekonomi politik global.
"Industri kami sangat terpengaruh dari sentimen global tersebut, terutama pada harga material. Semoga ke depannya keadaan bisa lebih kondusif dan porsi memenangkan tender proyek makin luas," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News