kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45936,64   8,28   0.89%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Japfa Comfeed (JPFA) Dinilai Cukup Solid Hadapi Inflasi, Simak Rekomendasi Sahamnya


Kamis, 13 Oktober 2022 / 18:58 WIB
Japfa Comfeed (JPFA) Dinilai Cukup Solid Hadapi Inflasi, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Proses pemotongan ayam di PT. Ciomas Adisatwa (JAPFA Group), Sadang, Jawa Barat, Jumat (26/7). KONTAN/Baihaki/26/7/2013


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dinilai masih cukup solid untuk menghadapi inflasi saat ini. Terlebih, penjualan JPFA diprediksi justru lebih baik saat kuartal IV-2022.

Analis MNC Sekuritas Raka Junico dalam risetnya tanggal 23 September 2022 memaparkan, meskipun sedang berlangsung ketidakpastian ekonomi, namun pihaknya menyoroti ada pendorong bagi JPFA untuk pulih secara bertahap.

Bangkitnya harga ayam broiler dan Day Old Chick (DOC) alias anak ayam umur sehari akan memompa kinerja Japfa hingga akhir tahun.

Raka menyebutkan bahwa harga ayam broiler melambung ke level Rp 18.000 - Ro19.000 per Kg pada periode 16-22 September 2022. Angka tersebut telah meningkat sebesar 4% dari bulan sebelumnya, terutama didorong oleh pemulihan permintaan pasca bulan Suro.

Baca Juga: AKR Corporindo (AKRA) Kerek Target Laba Bersih, Simak Rekomendasi Sahamnya

Sementara, harga DOC terpantau stabil ke Rp 5.000- Rp 5.500 pada 22 Juli 2022, pulih dari level terendahnya yakni Rp 2.500-Rp 4.000 akibat oversupply pada Mei -Juni 2022.

"Secara musiman, harga broiler dan DOC kemungkinan besar akan meningkat dan tetap solid di kuartal IV 2022, terutama oleh musim perayaan yang mengangkat permintaan," tulis Raka.

Faktor lainnya yang dapat mengangkat bisnis emiten peternakan ini adalah melandainya harga bahan baku seperti jagung dan kedelai. Seperti diketahui, bahwa Japfa cukup terkendala mahalnya jagung dan kedelai, baik untuk digunakan sebagai olahan produk pakan ternak ataupun untuk menghidupi ternak di kandang.

MNC Sekuritas memperkirakan rata-rata harga jagung domestik di tahun 2022 akan turun menjadi Rp 4.500/Kg dari tahun sebelumnya Rp 5.500/Kg. Hal itu karena mempertimbangkan hasil jagung pada September terpantau meningkat, terutama oleh curah hujan yang lebih terkendali.

Di sisi lain, pasokan kedelai sudah tidak terganggu konflik global, didorong oleh kondisi panen yang baik dan persediaan pupuk yang cukup dari Brasil dan Amerika Serikat.

Oleh karena itu, Raka mengharapkan harga komoditas baik jagung ataupun kedelai sebagai kontributor utama Harga Pokok Penjualan (COGS) bisa kembali normal, sehingga membuat margin JPFA tetap solid. Dimana, beban pokok penjualan Japfa terpantau meningkat menjadi Rp 20,08 triliun di paruh pertama 2022 atau naik 18,77% secara tahunan.

MNC Sekuritas memproyeksikan pendapatan JPFA di full year 2022 dapat mencapai pertumbuhan sebesar 8.44% secara YoY, didorong oleh Average Selling Price (ASP) dan volume penjualan yang lebih tinggi.

Selain itu, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan penurunan daya beli masyarakat dianggap tidak memberikan dampak signifikan bagi Japfa.

Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael mengatakan, adanya kenaikan harga BBM sebenarnya memang telah menurunkan daya beli masyarakat. Terbukti, dengan turunnya harga ayam berada di kisaran Rp 15 ribu-Rp 16 ribu per Kilogram (Kg) dari sebelumnya Rp 17 ribu - Rp 18 ribu per kg.

Baca Juga: Summarecon Agung Terus Ekspansi, Begini Rekomendasi Saham SMRA

Namun, Benyamin menilai bahwa kinerja Japfa bakal sedikit diuntungkan pada kuartal IV-2022 karena adanya program Culling dari pemerintah. Dimana pemerintah akan memangkas kelebihan pasokan ayam di pasaran pada bulan Oktober dan November.

"Terlebih lagi, ada kecenderungan bahwa konsumsi meningkat pada kuartal IV-2022. Secara historikal, hal seperti ini biasa terjadi pada emiten konsumer dan ritel," ucap Benyamin kepada Kontan.co.id, Kamis (13/10).

Analis Mirae Asset Sekuritas Emma A. Fauni turut melihat bahwa bisnis Japfa masih dalam tren positif. Meskipun kinerja bisnis dibayangi meningkatnya biaya bahan baku namun diimbangi oleh ASP pakan yang lebih tinggi dan performa peternakan ayam pedaging yang cukup baik.

Dalam risetnya tanggal 1 Agustus 2022, Emma menjelaskan bahwa pendapatan JPFA di kuartal II-2022 mencapai Rp 12.32 miliar telah naik 8,7% secara tahunan, dan meningkat 1,4% secara kuartalan. Tumbuhnya penjualan itu terkonsentrasi di segmen peternakan ayam pedaging komersial dan segmen akuakultur yakni produk budidaya perairan.

Emma menyebutkan, ada peningkatan volume dan harga jual (ASP) di segmen peternakan komersial di tengah kenaikan harga bahan baku pada kuartal kedua. Hal ini membuat margin operasi Japfa jadi lebih terjaga.

"Kontribusi dari penjualan peternakan ayam pedaging komersial menopang bisnis dalam menghadapi situasi biaya bahan baku yang sangat tinggi, yang menggiling margin segmen pakan," imbuh Emma.

Selain itu, Mirae Asset Sekuritas mencermati bahwa prospek harga ayam pedaging kemungkinan akan tetap cukup baik.

Hanya saja, Benyamin menuturkan, efek kenaikan harga BBM akan terasa pada Oktober dan November. Sehingga, pemulihan sepenuhnya tingkat konsumsi masyarakat baru akan terjadi pada Desember.

Baca Juga: Analis Rekomendasi Saham PTBA BBRI BBNI, Harga Diprediksi Naik Sampai Akhir 2022

Kondisi tersebut menjadi pertimbangan Sucor Sekuritas memproyeksikan laba bersih Japfa turun dari tahun lalu sebesar Rp 2,02 triliun di tahun 2021 menjadi Rp 1,96 triliun di tahun 2022. Namun posisi top line JPFA masih optimis bertumbuh menjadi Rp 49,69 triliun hingga akhir tahun 2022. Saham JPFA direkomendasikan beli dengan target harga Rp 1.900 per saham.

Sementara itu, Emma mengamini bahwa kenaikan harga BBM juga menghambat Japfa, sehingga meningkatkan biaya pengiriman. Selain itu, pelemahan rupiah terhadap dolar dikhawatirkan mengganggu Japfa karena adanya kebutuhan impor bahan baku seperti kedelai.

Namun, Dia menilai sebagian kelemahan tersebut sudah diimbangi oleh kekuatan di segmen peternakan ayam pedaging komersial. Mirae Asset Sekuritas mempertahankan perkiraan pendapatan sebesar Rp 47,12 triliun dengan laba bersih sejumlah Rp 2,09 triliun. Saham JPFA direkomendasikan beli dengan target harga sebesar Rp 2.000 per saham. 

Sementara, Raka melihat dampak inflasi nampaknya memberikan berkah bagi Japfa dari sisi yang berbeda. Dengan kondisi tingginya inflasi, konsumsi daging ayam diprediksi bakal meningkat dibandingkan daging sapi karena orang memilih sumber protein yang terjangkau. MNC Sekuritas merekomendasikan beli saham JPFA dengan target harga Rp 2.050 per saham.

Sebagai informasi tambahan, Japfa mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 24,48 triliun per Juni 2022. Laba bersih JPFA tercatat turun 27,94% secara tahunan menjadi Rp 1,11 triliun di akhir Juni 2022 dari Rp 1,54 triliun pada akhir Juni 2021.

Perinciannya, segmen peternakan komersial tumbuh 10,46% secara tahunan menjadi Rp 9,63 triliun, segmen pakan ternak naik 6,17% secara tahunan menuju Rp 3,71 triliun dan segmen produk budidaya perairan melesat 30,49% secara tahunan ke Rp 2,36 triliun. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×