kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Jangka pendek, nikel tertopang sinyal AS


Senin, 15 Februari 2016 / 07:18 WIB
Jangka pendek, nikel tertopang sinyal AS


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga nikel bangkit dari level terendah selama 13 tahun. Ada ekspektasi pulihnya permintaan dari Negeri Paman Sam. Tapi, isu China disinyalir masih menghantui laju komoditas logam industri pada tahun ini.

Mengutip Bloomberg, Jumat (12/2), harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melompat 2,96% ke US$ 7.820 per metrik ton. Ini kenaikan terbesar sejak November 2015.

Asal tahu saja, sehari sebelumnya, nikel terjun ke level US$ 7.595 per metrik ton. Ini harga termurah sejak 2003.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, setidaknya dua faktor mengangkat harga nikel pada pekan lalu. Pertama, sinyal Bank Sentral Amerika (The Fed) akan mengerem laju kenaikan suku bunga pada tahun ini karena mengantisipasi gejolak di pasar.

"Tingkat suku bunga yang rendah diharapkan mampu membantu pertumbuhan ekonomi global, sehingga mengangkat permintaan komoditas," paparnya.

Kedua, pasar melihat peluang membaiknya permintaan logam industri terutama dari Amerika Serikat. Pasalnya, penjualan ritel bulan Januari melebihi perkiraan analis. Data penjualan ritel selama tiga bulan berturut-turut pun terus tumbuh.

Meski demikian, kata Ibrahim, perlambatan ekonomi China masih jadi penghambat laju harga nikel. Apalagi, Negeri Tiongkok termasuk pengguna terbesar logam industri.

Sejumlah negara, seperti China, Jepang dan Eropa memang telah menggelontorkan stimulus moneter untuk mendongkrak ekonomi. Namun, efeknya dinilai baru akan terlihat paling cepat pada semester kedua mendatang.

Jika stimulus mulai membuahkan hasil, harga nikel tahun ini berpeluang ke kisaran US$ 10.000 per metrik ton. Apalagi, jika China dan sejumlah negara produsen nikel konsisten memangkas produksinya. Tapi, kata Ibrahim, pada semester pertama tahun ini, harga nikel masih sarat tekanan.

Penguatan hanya akan terbatas antara US$ 8.000- US$ 8.500 per metrik ton. Adapun, jangka pendek, peluang kenaikan nikel tetap terbuka. Sebab, China juga akan merilis sejumlah indikator yang diprediksi membaik. Misalnya, surplus neraca perdagangan Januari 2016 yang diperkirakan naik.

Indikator teknikal harian memperlihatkan arah kenaikan terbatas. Stochastic dan moving average convergence divergence (MACD) 60% positif. Lalu, relative strength index (RSI) masih wait and see.

Hanya, indikator bollinger band dan moving average berada 40% di bawah bollinger bawah. Prediksi Ibrahim, Senin (15/2), nikel menguat ke kisaran US$ 7.790-US$ 7.910 per metrik ton. Adapun, sepekan, bergulir antara US$ 7.620- US$ 8.300 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×