Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada penutupan perdagangan Jumat (4/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,38% ke level 6061,252. Meski demikian, pada tiga hari perdagangan awal Oktober 2019, IHSG tercatat selalu mengalami koreksi.
Saham-saham dengan kapitalisasi besar (big caps) dan liquid yang tergabung di Indeks LQ45 menjadi salah satu pemberat pergerakan IHSG pada perdagangan pekan lalu.
Misalkan saham Bank Mandiri Tbk (BMRI). Pada perdagangan Selasa (1/10), saham BMRI berada di level Rp 6.900 per saham. Tetapi pada Jumat (4/10), saham BMRI rontok hingga menyentuh level Rp 6.400 per saham.
IHSG justru tertolong dengan naiknya saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil hingga menengah. Saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) misalnya, saham dengan kapitalisasi pasar Rp 76,41 triliun ini cenderung bergerak naik pada pekan pertama perdagangan bulan Oktober.
Baca Juga: Saham-saham small-medium caps jadi penggerak indeks, ini sebabnya
Pada penutupan perdagangan Jumat (4/10), SMMA ditutup menguat 7,14% ke level Rp 12.000 per saham. Padahal pada perdagangan Selasa(1/10), saham SMMA masih di kisaran Rp 9.875 per saham.
Saham dengan kapitaliasasi pasar kecil-menengah lainnya yang menjadi pengerek IHSG adalah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR), PT Pollux Properti Indonesia Tbk (POLL), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).
Beberapa analis menilai, naiknya saham-saham ini akibat investor yang mencari alternatif pilihan saham lain, khususnya saham sektor kebutuhan primer.
“Investor beralih ke sektor yang memang dibutuhkan meskipun dengan kondisi ekonomi yang terbilang melambat,” terang Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas, Jumat (6/10).
Sementara Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, hal ini tidak lepas dari kecenderungan pemain pasar. Ia bilang, terdapat ketika salah satu kelompok saham menurun maka akan mengakibatkan kelompok saham lainnya naik.
Dari sekian banyaknya saham-saham tersebut, Sukarno merekomendasikan untuk membeli (buy) saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) dengan target harga Rp 3.230 per saham.
Sebab, bisnis rumah sakit yang digeluti MIKA dianggap masih prospektif di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini.
“Karena sepertinya sekarang bisa jadi alternatif para investor dengan kondisi ekonomi yang melambat,” ujarnya.
Senada, William juga merekomendasikan untuk beli (buy) saham MIKA dengan target harga Rp 3.300 per saham.
Selain itu, William juga merekomendasikan beli saham FREN dengan target harga Rp 220-260 per saham, ICBP dengan target Rp 13.500- Rp 14.000 per saham, dan BJBR dengan target Rp 2.200 per saham.
William bilang, secara teknikal saham-saham ini masih memiliki kemungkinan untuk terus menguat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News