Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang cukup besar sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Namun pencapaian tersebut ditopang oleh penguatan kurs yang membuat beban keuangan mereka turun tajam. Sedangkan pendapatannya justru melambat.
Untuk menopang pertumbuhan kinerja yang dibarengi dengan peningkatan pendapatan ke depan, emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode KIJA terus mempersiapkan berbagai strategi. Salah satunya di sektor properti.
Jababeka tengah menyiapkan beberapa proyek residensial dan komersial baru untuk diluncurkan di sisa akhir tahun ini. Hanya saja managemen perusahaan tidak merinci terkait proyek ini.
"Kita akan luncurkan proyek residensial dan Komersial di Cikarang untuk bisa mencapai target marketing sales," kata Muljadi Suganda, Sekretaris Perusahaan KIJA pada KONTAN, Selasa (1/11).
Selain itu, perusahaan ini juga akan terus mendorong penjualan lahan industri baik yang ada di Cikarang dan Kendal, Jawa Tengah agar revenue mereka tahun depan semakin berkilau. Hingga akhir September 2016, KIJA sudah berhasil mengantongi marketing sales atau pra penjualan sebesar Rp 1,02 triliun atau 73% dari total target yang dipatok tahun ini yakni Rp 1, 4 triliun.
Lebih dari separuh dari pencapaian marketing sales tersebut atau sekitar Rp 552 miliar diperoleh di kuartal III. Itu sebabnya, Muljadi menilai prospek penjualan properti maupun kawasan industri sudah mulai membaik mendekati akhir tahun ini.
Sekitar Rp 277 miliar dari perolehan marketing sales tersebut didapat dari penjualan lahan industri di Kendal. Itu telah melewati target pra penjualan yang ditetapkan dari kawasan tersebut di 2016 yakni sebesar Rp 250 miliar.
Dengan performa pra penjualan yang cukup bagus dari Kendal tersebut, Muljadi optimis target marketing sales tahun ini bisa mereka capai. "Kalau pun demand di Cikarang melambat, itu diharapkan akan tertutupi penjualan dari Kendal," ujar Muljadi.
Dengan semakin membaik kondisi ekonomi dan ditambah dengan berbagai strategi yang dilakukan, KIJA berharap tahun depan kinerja mereka akan bisa tumbuh lebih baik. Hanya saja, perusahaan ini belum menetapkan target-target bisnis dan kinerja mereka di tahun 2017.
Sepanjang Januari-September 2016, KIJA berhasil mengatongi laba bersih sebesar Rp 356,3 miliar, melonjak 402% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat senilai Rp 70,9 miliar.
Pendapatan mereka sebenarnya melambat 15,2% dari Rp 1,29 triliun menjadi Rp 1,93 triliun. Namun perusahaan diuntungkan dari selisih kurs pada kontrak lindung nilai yang membuat beban keuangan turun hingga 69% dari Rp 884,7 miliar menjadi Rp 274,8 miliar.
Muljadi menjelaskan penurunan pendapatan KIJA selama sembilan bulan pertama tahun ini akibat perlambatan bisnis properti dan terjadi kebocoran dalam boiler bank pada salah satu heat recovery steam generator (HRSG) pada bisnis tenaga listrik perusahaan di kuartal II lalu.
Pendapataan KIJA kuartal III terdiri dari penjualan tanah matang sebesar Rp 296,3 miliar, turun dari Rp 472,5 miliar. Lalu penjualan properti turun 10,7% dari Rp 321,5 miliar menjadi Rp 286,8 miliar.
Pendapatan dari pembangkit listrik turun 18% dari Rp 1,13 triliun pada sembilan bulan pertama 2015 menjadi Rp 918,8 miliar. Pendapatan jasa dan pemeliharaan naik dari Rp 88,6 miliar jadi Rp 111 miliar, sewa kantor, pabrik dan ruko naik dari Rp 8,5 miliar menjadi Rp 50,2 miliar, pendapatan golf naik dari Rp 45 miliar jadi Rp 47 miliar. Pariwisata Rp 27 miliar dan sewa kondominium 2,5 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News