Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Rupiah lanjut tertekan di penghujung April ini. Jika dihitung sepanjang bulan ini, mata uang berada dalam posisi terdepresiasi. Artinya, rupiah telah melemah selama tiga bulan berturut-turut.
Nilai tukar rupiah tergerus 0,1% ke posisi Rp 9.193 per dollar AS pada pukul 9.23 di Jakarta. Dalam sebulan, otot rupiah telah melemah 0,3%. Adapun, sepanjang tahun ini, mata uang telah terdepresiasi sebesar 1,4%.
Isu utama yang menggerus mata uang masih soal inflasi. Pasar tertekan sebelum pemerintah merilis data inflasi yang diprediksi melesat, besok. Survei analis yang dilakukan Bloomberg memperkirakan, pemerintah akan melaporkan inflasi April naik menjadi 4,46%, dibanding inflasi Maret sebesar 3,97%. Pasar khawatir perubahan kebijakan terkait bahan bakar minyak akan memicu inflasi.
Pada 26 April lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut, pemerintah siap untuk mulai membatasi penjualan BBM bersubsidi pada Mei ini. Sementara, Bank Indonesia memperkirakan, inflasi akan naik menjadi 4,7% di tahun ini, jika pembatasan penjualan bahan bakar diterapkan.
"Rupiah masih rentan. Rencana kebijakan pemerintah soal bahan bakar dan penerapannya masih belum jelas. Hal itu berimbas kekhawatiran terhadap laju inflasi," kata Artanavaro Gasali, kepala pasar global di PT Bank ICBC Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News