kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Isu China bisa untungkan negara Asia lainnya


Selasa, 06 Maret 2012 / 20:54 WIB
Isu China bisa untungkan negara Asia lainnya
ILUSTRASI. Kendaraan melintas saat hujan deras melanda kawasan Karet Tengsin, Jakarta, Senin (19/10/2020). Cuaca hari ini di Jabodetabek cerah berawan hingga hujan petir, menurut ramalan BMKG.


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pemangkasan target pertumbuhan ekonomi China justru berpotensi menguntungkan negara Asia lainnya. Peter Hickson, Managing Director Global Commodity Research and Basic Materials Strategy UBS AG menuturkan, kabar pemangkasan proyeksi ekonomi China akan menggiring investor global (foreign investment) masuk ke pasar modal Asia lainnya.

Menurutnya, walaupun penurunan prospek ekonomi China akan mengancam permintaan komoditas, seperti batubara. Namun, selain China, India juga masih memiliki permintaan yang besar terhadap batubara dan komoditas lainnya. "India diharapkan dapat menjadi pendukung bagi pertumbuhan Asia," urai Hickson, di Jakarta, Selasa (6/3).

Joshua Tanja, Head of Research UBS Securities Indonesia menambahkan, pada Februari lalu, aliran dana asing sudah masuk kembali ke negara-negara Asia. "Yang paling signifikan terjadi di negara Korea Selatan, Taiwan dan India," ujarnya, Selasa (6/3). Dia memperkirakan, capital inflow itu akan terus berlanjut.

Namun sayangnya, capital inflow yang signifikan tidak terjadi di Indonesia. Menurut Joshua, ini karena investor masih memperhatikan perkembangan tentang sentimen domestik di Indonesia khususnya mengenai besaran kenaikan harga BBM bersubsidi.

"Kami ekspektasikan sales growth di Indonesia tahun ini hanya naik 15%, padahal tahun 2011 naik sebesar 19%," ujarnya. Penurunan ekspektasi sales growth ditengarai karena kemungkinan tingginya inflasi daripada perkiraan sebelumnya pasca harga minyak dunia yang terus naik dan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×