Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Tak terduga, Iran dengan cepat melancarkan serangan balasan terhadap Amerika Serikat (AS). Sebuah serangan roket Iran mendarat di pangkalan militer AS di Irak.
Situasi panas ini mengirim pasar ke dalam kekacauan dan investor berlomba mengamankan asetnya. Berikut adalah pandangan analis tentang pergerakan pasar yang dirangkum Reuters, Rabu (8/1):
Anthony Chan, Chief Asia Investment Srategist Union Bancaire Privee Hong Kong:
"Pasar pada dasarnya menunggu untuk melihat apakah akan ada lebih banyak pembalasan dari Iran. Investor membenci ketidakpastian. Jika benar-benar ada perang, prospeknya akan menjadi lebih jelas. Saat ini, ketidakpastian membayangi kinerja."
Baca Juga: Begini respons Donald Trump pasca Iran serang pangkalan militer AS di Irak
Masayuki Kichikawa, Chief Macro Strategist Sumitomo Mitsui Asset Management di Tokyo:
“Donald Trump melakukan ini untuk pemilihan presiden AS. Tetapi tampaknya telah membuat beberapa perhitungan salah. Iran juga salah menghitung responsnya ketika pasukan paramiliter yang terkait dengan Iran mengepung kedutaan AS. Iran sudah dalam kondisi buruk karena sanksi ekonomi AS dan tidak memiliki kemampuan militer untuk mengalahkan Amerika Serikat dalam perang langsung."
"Kedua belah pihak memiliki insentif untuk mengendalikan situasi ini setelah beberapa ronde pembalasan. Tetapi ini tergantung pada seberapa banyak kerusakan pada kapasitas produksi minyak Irak, apa yang terjadi antara Iran dan Israel dan skala korban manusia. Semoga dalam dua hingga tiga minggu mungkin ada upaya dari kedua belah pihak untuk setidaknya mengatasi situasi."
George Kanaan, Head of Australian Sales UBS di Sydney:
“Dalam jangka pendek, pasar akan mengabaikannya. Namun akan terus memantau perkembangan lebih lanjut. Setiap tindakan di masa depan oleh kedua pihak akan ditanggapi dengan lebih serius."
Ashley Glover, Head of Sales Trading For Apac and Canada CMC Markets di Sydney:
“Apa yang kami lihat saat ini adalah risiko besar untuk tidak bergerak. Kita telah melihat lonjakan emas, minyak, dan penurunan besar dalam ekuitas.
Baca Juga: Otoritas penerbangan larang maskapai terbang di wilayah Irak, Iran, Teluk Oman
"Kami sedang mencari tahu apakah AS akan membalas sehingga akan menjadi mode tunggu dan lihat yang besar sampai kami mendengar dari Trump. Dan sebagai hasilnya, komoditas berjangka AS berada di posisi terendah sekarang.”
Hideshi Matsunaga, Analis Sunward Trading di Tokyo:
"Ini menjadi sangat serius ... tetapi ada perasaan pencapaian dalam hal grafik teknis karena Brent telah melonjak hingga di atas US$ 70 per barel dan mendekati level tertinggi pada September 2019 setelah serangan di ladang minyak Arab Saudi.
“Kita harus melihat seberapa besar dan apa kerusakan yang disebabkan oleh serangan terbaru. Tetapi pasar minyak mungkin turun, seperti September lalu, jika kita dapat memastikan bahwa fasilitas minyak tidak terpengaruh dan karena AS dan Iran tidak menginginkan perang."
Baca Juga: Harga emas Antam melonjak Rp 15.000 per gram ke Rp 799.000 (8/1)
Rob Carnell, Asia Pacufic Chief Economist ING di Singapura:
"Ini risiko klasik, dan saya kira pertanyaannya adalah seberapa jauh Anda mendorongnya, dan saya katakan teruskan.
“Ini adalah tanggapan Iran terhadap pembunuhan Soleimani. Kita sekarang harus melihat apa tanggapan AS terhadap tanggapan Iran. Sepertinya ini bisa meningkat."
Matt Simpson, Market Analyst Gain Capital di Angapura:
“Kamu bisa mendapatkan sentimen dari harga emas. Harga di atas US$ 1.600. Jika ada konfirmasi bahwa ada korban, bisa jadi lebih tinggi.
"Jika itu terlihat seperti kita mendapatkan korban di pihak AS, maka saya tidak berpikir Trump akan mundur dan mengambil ... Perang Dunia III telah dilemparkan ke mana-mana. Saya kira kita belum sampai di sana."
Baca Juga: Poling terbaru: 71% warga AS yakin AS segera berperang dengan Iran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News