Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jahatan penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) berhasil menembus rekor dalam 33 tahun terakhir sebanyak 79 emiten. Namun gelaran IPO masih belum berakhir untuk 2023.
Dari 79 emiten anyar ada 10 saham yang berhasil mencetak imbal hasil positif hingga ribuan persen. Di posisi puncak saham tercuan ada saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Per Selasa (12/12), CUAN parkir di level Rp 10.950 per saham. Adapun CUAN menetapkan harga IPO di Rp 220. Artinya CUAN sudah melesat 4.877,27%.
CUAN tak hanya satu-satunya saham yang berhasil mencetak return hingga ribuan persen. Ada saham PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP) yang meroket 1.556,25% dari Rp 160 menjadi Rp 2.650.
Menyusul saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Hatten Bali Tbk (WINE) yang mengembang 880,77%, 312,98% dan 281,40%.
Baca Juga: Ini Saham Emiten Anyar Paling Anjlok Sepanjang 2023
Arjun Ajwani, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori menambahkan melesatnya harga BREN didorong oleh sentimen Energi Baru Terbarukan (EBT) dan fundamental yang kuat.
"Sementara kenaikan harga AMMN sudah diantisipasi dari lama sebelum IPO sehingga setelah melantai di BEI pembelinya semakin ramai," kata dia kepada Kontan, Selasa (12/12).
Founder CTA Saham Andri Zakaria mengatakan secara umum kenaikan saham-saham itu dipengaruhi oleh euforia IPO sehingga aliran dana investor mengalir ke pendatang baru itu.
Menurutnya secara valuasi kelima saham itu sudah tergolong mahal. Ambil contoh, Price Earnings Ratio (PER) dan Price Book Value (PBV) CUAN masing-masing senilai 526,84 kali dan 75,22 kali.
Namun semakin mendekati akhir tahun, gelaran IPO semakin sepi. Sepanjang Desember, baru ada satu perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Teranyar ada PT Asri Karya Lestari Tbk (ASLI) yang baru memulai masa penawaran awal alias bookbuilding yang akan berlangsung selama lima hari sejak 12 Desember 2023.
Padahal dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) masih ada rencana penawaran umum perdana saham dari 27 calon emiten. Para underwriter menilai sepinya IPO ini dipengaruhi beberapa hal.
Direktur Utama KGI Sekuritas Antony Kristanto menjelaskan banyak faktor yang menjadi pertimbangan calon emiten untuk menunda IPO ke tahun depan.
"Salah satunya, di akhir tahun biasanya para investor banyak yang sudah siap untuk profit taking seiring dengan potensi window dressing," jelas dia.
Untuk sisa tahun ini, Anthony bilang KGI Sekuritas tidak akan membawa perusahaan IPO lagi. Namun KGI Sekuritas memiliki empat perusahaan dalam pipeline IPO.
Direktur Utama Surya Fajar Sekuritas Steffen Fang mengatakan para calon emiten cenderung memilih untuk mengeksekusi IPO di awal tahun depan.
Menurutnya sebagian fund manager dan investor sudah mulai liburan. Adapun Surya Fajar Sekuritas masih memiliki tujuh sampai delapan emiten dalam pipeline IPO.
"Tahun ini kami sudah tidak ada pipeline yang listing. Semua dalam pipeline kami akan didorong IPO pada 2024 mendatang," ucap Steffen.
Baca Juga: Menyusuri Jejak Ekspansi UNTR, Membenam Investasi Rp 15,13 Triliun Demi Diversifikasi
Namun MNC Sekuritas memproyeksikan penawaran awal IPO akan mulai kembali ramai pada pekan depan. Mengingat masa berlaku laporan keuangan Juni akan habis di Desember.
Heri Herdiyanto, Direktur Investment Banking MNC Sekuritas memprediksi di sisa tahun ini akan ada beberapa calon emiten yang akan melakukan bookbuilding dan melakukan offering di awal Januari 2024.
"Kami saat ini memiliki 4 emiten yang sedang berproses, semoga bisa melakukan bookbuilding di Desember ini," kata dia.
Heri bilang MNC Sekuritas akan membawa enam hingga tujuh perusahaan melantai di BEI pada semester I-2023. Dia menilai sektor EBT akan tetap naik daun pada tahun depan, menyusul sektor konsumer dan transportasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News