Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak semua saham yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil mencetak imbal hasil tinggi. Ada sembilan saham yang sudah amblas di bawah Rp 50 per saham.
Saham PT Lavender Bina Cendikia Tbk (BMBL) menduduki peringkat pertama. Adapun BMBL memasang harga Initial Public Offering (IPO) di harga Rp 188 per saham.
Per Selasa (12/12), BMBL parkir di level Rp 18 atau anjlok 90,43%. Menyusul saham PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ) yang ambles 85% dari Rp 100 menjadi Rp 15.
Kemudian ada saham PT Mitra Tirta Buwana Tbk (SOUL) dan PT Menn Teknologi Indonesia Tbk (MENN) masing-masing anjlok 80,91% dan 80,77%.
Memang mayoritas saham-saham yang sudah tersungkur itu kebanyakan di papan akselerasi. Memang saham yang menghuni papan ini memang bisa turun dari level Rp 50.
Baca Juga: Begini Kinerja Saham yang Berada di Pusaran Politik Jelang Pemilu
Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas mengatakan secara garis besar ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan harga saham-saham IPO itu.
Pertama, penurunan kinerja keuangan emiten. Jika ditelisik beberapa emiten yang sahamnya anjlok itu mencatatkan penurunan kinerja.
Ambil contoh, BMBL membukukan pendapatan Rp 12,15 miliar per kuartal III-2023. Angka itu tumbuh 1,87% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 11,92 miliar.
Namun dari sisi bottom line, BMBL mencatatkan laba bersih periode berjalan senilai Rp 1,71 miliar. Ini anjlok 63,56% secara tahunan dari Rp 3,21 miliar.
Faktor kedua yang menekan ialah minimnya aksi korporasi dari para emiten. Nafan bilang kalau ada aksi korporasi seperti pembagian dividen, ini bisa menjaring minat investor.
"Faktor ketiga ialah kurangnya implementasi good corporate governance (GCG) dari emiten pasca IPO," ucap Nafan saat dihubungi Kontan, Selasa (12/12).
Selain memperbaiki kinerja, Nafan menyarankan para emiten untuk bisa menarik kepercayaan investor. Menurutnya kalau investor sudah percaya, maka minat di pasar akan terbentuk.
Lebih Hati-Hati
Head of Research Retail Sinarmas Sekuritas Ike Widiati mengatakan di balik saham IPO yang sukses mencetak return tinggi, di sisi lain ternyata tidak sedikit pula yang mengalami penurunan.
"Dengan demikian, pelaku pasar diharapkan lebih selektif dan bijaksana dalam melakukan investasi saham agar tidak terjebak fomo semata," kata dia.
Ike mengingatkan ketidakpastian selalu terjadi dan setiap tahun selalu ada masalah yang muncul, maka investor harus cerdas dan dituntut untuk dapat fleksibel.
Founder CTA Saham Andri Zakaria menjelaskan bagi investor yang tertarik untuk melirik saham di level gocap atau di bawahnya, investor harus mencermati beberapa hal.
"Harus didukung dengan isu fundamental, positif dan volume transaksi yang tidak meningkat. Selama tidak ada tiga hal itu akan cenderung stagnan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News