kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

IPO bernilai besar akan minim di tahun ini


Rabu, 11 Juni 2014 / 10:37 WIB
IPO bernilai besar akan minim di tahun ini
ILUSTRASI. Neraca transaksi berjalan pada tahun 2023 berpotensi untuk berbalik defisit.


Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Menjelang semester II-2014, ada 12 emiten baru yang menjadi penghuni bursa. Ini berarti, hampir separuh target initial public offering (IPO) Bursa Efek Indonesia (BEI) perusahaan yang initial public offering (IPO) telah terpenuhi. BEI menargetkan 30 perusahaan IPO.

Sejauh ini, ada 10 perusahaan yang berniat IPO tahun ini. Mereka adalah PT Chitose International, PT Batavia Prosperindo International, Magna Finance, Bank Agris, Bank Dinar, PT Sarana Propertindo, PT PT Tri Wahana Universal, PT Medco Power Indonesia, PT Kingland International dan RS Mitra Keluarga.

Dari daftar tersebut, hanya Mitra Keluarga yang menargetkan dana besar, yakni US$ 300 juta atau sekitar Rp 3,3 triliun. Nilai calon emiten lain, relatif kecil.

Tengok saja Chitose. Perusahaan manufaktur furnitur ini berharap mengantongi dana IPO Rp 96 miliar-Rp 105 miliar. Batavia akan melepas 29,18% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Menurut Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, mininya nilai emisi emiten lantaran prospek calon emiten tak terlalu menarik. Sementara, perusahaan besar ogah masuk ke pasar saham. "Penyebabnya bisa karena masalah transparansi informasi dan ketidakyakinan terserap pasar," ujar dia

Menurut dia, momentum IPO di Juni-Juli bagus karena bisa terangkat pemilihan presiden. Jika emiten memilih IPO di akhir Juli-Agustus, Satrio memperkirakan, IPO kurang diminati. "Banyak data fundamental, seperti defisit neraca dagang, pertumbuhan ekonomi dan lainnya melambat," katanya, kemarin.

Sebaliknya, menurut Thendra Crisnanda, analis BNI Securities, Juni-Juli bukan waktu IPO yang pas. "Banyak momentum yang memicu bursa sepi: pilpres, Piala Dunia, Ramadan dan Lebaran," imbuh dia. Menurutnya, waktu tepat IPO akhir kuartal IV-2014. Banyak fund manager melakukan window dressing.

Di antara sekian calon emiten, para analis menilai Chitose bisa dilirik. "Meski outlook properti melambat, bisnis furnitur tetap tumbuh," ujar Thendra. Satrio menambahkan, saham Chitose menarik karena menawarkan price earning ratio (PER) di bawah 15 kali yakni 9,9-10,8 kali.

Di sektor perbankan, analis memperkirakan, sulit meraih minat investor. "Bank kecil jarang dilihat," ujar Satrio.

Begitu juga, IPO Magna Finance, terimbas tingginya suku bunga. "Peluang naiknya suku bunga besar, artinya cost of fund multifinance meningkat," ujar Thendra.

Sementara prospek IPO perusahaan energi, Tri Wahana dan Medco Power di akhir tahun menarik untuk jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×