Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pagelaran lelang Surat Utang Negara (SUN) pada hari ini, Selasa (7/6) kembali melanjutkan tren positif. Tercatat, jumlah penawaran masuk pada lelang kali ini mencapai Rp 43,54 triliun, atau naik dari lelang SUN dua pekan sebelumnya yang hanya Rp 39,42 triliun.
Direktur SUN Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Deni Ridwan mengungkapkan, kondisi pasar SBN sempat menguat di akhir pekan pertama bulan Juni. Namun, pasar SBN kembali mengalami volatilitas terpengaruh ekspektasi rilis data inflasi AS yang meningkat dan potensi kenaikan Fed Funds Rate pada FOMC meeting pekan depan.
“Namun demikian, bids yang masuk masih naik 10,5% seiring dengan masih relatif stabilnya kondisi perekonomian domestik yang ditunjukkan antara lain rilis data inflasi di level 3,55% yang lebih rendah dari ekspektasi pasar di level 3,6%,” ujar Deni dalam keterangan tertulis, Selasa (7/6).
Baca Juga: Tak Agresif, Pemerintah Hanya Menyerap Rp 17 triliun Pada Lelang SUN Selasa, (7/6)
Sementara Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail menambahkan, saat ini pelaku pasar dinilai sudah priced in dengan potensi kenaikan suku bunga Bank Indonesia yang mungkin terjadi di bulan ini. Kenaikan suku bunga BI diyakini justru bisa mendorong aliran dana kembali masuk ke pasar dalam negeri, sehingga mendorong hasil lelang SUN kali jauh lebih baik.
Dari sentimen global, dia melihat saat ini pelaku pasar juga sudah mengekspektasikan bahwa inflasi di Amerika Serikat (AS) akan segera melandai. Alhasil, kini yield US Treasury pun cenderung tertahan dan tidak akan melebihi level 3%. Pada akhirnya, hal tersebut bisa membuat SUN lebih menarik.
“Yield SBN acuan 10 tahun kini sudah kembali di level 7%, padahal sebelumnya sempat di 7,5%. Penurunan yield ini juga menjadi pertanda bahwa pasar sudah priced-in dengan beberapa ekspektasi tadi,” imbuh Ahmad.
Baca Juga: Kembali Naik, Penawaran Masuk pada Lelang SUN Hari Ini Menyentuh Rp 43,54 Triliun
Adapun, secara umum, level yield rata-rata tertimbang untuk lelang SUN hari ini turun sebesar 3 bps hingga 16 bps dibandingkan lelang sebelumnya. Dengan hasil tersebut, Deni pun menyebut bahwa pemerintah masih bisa mendapatkan level borrowing cost yang cukup kompetitif di tengah pasar yang cenderung volatile.
Lebih lanjut, Deni mengungkapkan, dengan mempertimbangkan yield SBN yang wajar di pasar sekunder dan rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2022, maka pemerintah memutuskan untuk memenangkan permintaan sebesar Rp 17 triliun. Jumlah ini sedikit di bawah target indikatif yang sudah ditetapkan sebesar Rp 20 triliun.
“Pemerintah optimistis kondisi pasar ke depan akan lebih kondusif dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pembiayaan APBN melalui penerbitan SBN,” terang Deni.
Baca Juga: Harga Emas Menguat Tipis Setelah Turun di Awal Pekan
Sementara Ahmad menilai keputusan pemerintah menyerap di bawah target indikatif lebih dikarenakan saat ini pemerintah punya anggaran yang masih surplus untuk APBN. Alhasil, dengan yield yang diminta peserta masih cenderung tinggi, pemerintah pun lebih selektif dan lebih memilih memenangkan yield yang kompetitif.
“Saat ini pemerintah tidak perlu terlalu agresif dengan memenangkan yield yang memang lebih tinggi dari kondisi pasar saat ini. Apalagi, ke depan masih ada potensi pemulihan yield lebih lanjut,” tutup Ahmad.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News