Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku pasar cenderung memilih surat utang korporasi berdurasi lebih pendek, meski kupon yang ditawarkan turun paling dalam. Namun, seiring proyeksi kenaikan suku bunga, tawaran kupon surat utang korporasi di tahun depan berpotensi naik.
Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), penerbitan surat utang korporasi hingga November didominasi tenor jangka pendek hingga menengah atawa 1,3 dan 5 tahun dengan porsi mencakup 88% dari total nilai penerbitan surat utang korporasi. Direktur Pefindo Hendro Utomo mengatakan data penerbitan tersebut mencerminkan bahwa pelaku pasar mayoritas menyerap surat utang korporasi tenor pendek-menengah dibanding tenor panjang. Tenor yang lebih pendek pelaku pasar lebih banyak pilih karena ketidakpastian ekonomi masih menyelimuti di tengah pandemi Covid-19.
Baca Juga: Tiga Obligasi Baru Tercatat Pekan Ini, Total Emisi Surat Utang Capai Rp 99,66 Triliun
Di satu sisi rata-rata kupon surat utang korporasi hingga November lebih rendah dibanding rata-rata selama tahun lalu. Pada surat utang korporasi dengan rating AAA dan durasi satu tahun mengalami penurunan kupon paling dalam 320 basis poin menjadi 4,4% dari 6,5% di tahun lalu. Sementara, durasi 3 tahun turun 200 bps menjadi 6,0% dari 7,5%. Sedangkan, tawaran kupon dari durasi 5 tahun menurun 130 bps menjadi 6,6% dari 7,6%.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan tren tawaran kupon surat utang korporasi menurun karena mengikuti penurunan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun dan tren suku bunga rendah.
Sementara, Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengatakan kupon surat utang korporasi menurun karena kepercayaan investor pada obligasi korporasi yang berkualitas masih tinggi tetapi entitas yang menerbitkan jumlahnya tidak mencukupi seperti permintaan yang muncul. "Permintaan dari investor naik tetapi suplai tidak seimbang, harga jadi naik dan yield jadi cenderung menurun," kata Dimas.
Apalagi, sejak pandemi menyerang, perbankan jadi lebih banyak membeli surat utang korporasi durasi satu tahun. Penyebabnya, penyaluran kredit masih terbatas dan volatilitas di tenor pendek lebih minim. Tidak heran bila rata-rata kupon surat utang korporasi durasi pendek turun lebih dalam dibanding durasi yang lebih panjang.
Baca Juga: Penerbitan Obligasi Multifinance Melanjutkan Pemulihan di Tahun Depan
Namun, di tahun depan, seiring dengan prospek perbaikan ekonomi, Dimas melihat perbankan akan kembali fokus menyalurkan kredit mereka. Alhasil, permintaan terhadap surat utang korporasi dari perbankan akan berkurang. Di satu sisi para perusahaan juga semakin gencar menerbitkan surat utang karena perbaikan ekonomi. Penerbitan yang meningkat dan permintaan yang berpotensi menurun dari perbankan berpotensi membuat harga berbalik turun dan yield atawa kupon naik.
Sementara itu, Ramdhan memproyeksikan tren kupon surat utang korporasi akan naik, seiring tren kenaikan suku bunga di tengah aksi pelonggaran kebijakan bank sentral. Namun, kenaikan kupon cenderung terbatas karena meski suku bunga dalam tren naik, Ramdhan menilai kenaikan yield obligasi pemerintah tidak akan signifikan karena didukung likuiditas yang tetap melimpah, apalagi permintaan investor domestik yang kini kuat dan mendominasi.
Ramdhan memproyeksikan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun di tahun depan berpotensi naik ke 6,5%. Jumat (17/12), yield obligasi pemerintah berada di 6,4%. Jika yield obligasi pemerintah naik, Ramdhan memproyeksikan rata-rata kupon yang ditawarkan penerbit surat utang di tahun depan juga berpotensi naik ke 5%-6% pada durasi satu tahun. Sedangkan, kupon surat utang korporasi durasi 5 tahun naik ke 6,5%-7%.
Kompak, Dimas juga memproyeksikan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun berada di rentang 6,2%-6,5%. Sementara, Dimas memproyeksikan kenaikan kupon obligasi korporasi cenderung terbatas ke 5% untuk durasi satu tahun.
Baca Juga: Total Emisi Surat Utang Tahun Ini Sudah Tembus Rp 99,66 Triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News