Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah investor pasar modal di Indonesia melonjak pesat dalam tiga tahun terakhir. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat total 13,88 juta Single Investor Identification (SID). Dari jumlah itu, sebanyak 10.115.140 atau 10,11 juta merupakan investor pasar modal per 23 November 2022.
Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo membeberkan, jumlah investor pasar modal telah melonjak 35,06% dibandingkan posisi per tahun 2021. Uriep bilang, lonjakan jumlah investor terdongkrak oleh pemanfaatan teknologi & informasi, terutama pada masa pandemi covid-19.
Sebagai gambaran, pada tahun 2019 jumlah investor pasar modal baru tercatat sebanyak 2,48 juta. Kemudian meningkat 56,21% menjadi 3,88 juta per 2020. Setahun berselang, jumlah investor pasar modal meroket 92,99% menjadi 7,48 juta pada tahun 2021.
"Ini menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Percepatan terjadi karena akses dan pemanfaatan teknologi sehingga banyak program-program strategis yang bisa dilakukan," ujar Uriep dalam Workshop Media Gathering Pasar Modal 2022, Jumat (25/11).
Baca Juga: Gandeng 5.000 Tenaga Kesehatan, BEI Perluas Literasi Pasar Modal di Jawa Barat
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah investor saham juga mengalami kenaikan signifikan. Dari 10,11 juta investor pasar modal, sebanyak 4.374.271 atau 4,37 juta merupakan investor saham. Angka itu naik 26,73% dibandingkan per 2021 dengan jumlah 3,45 juta investor
Pada tahun 2019, investor saham berjumlah 1,10 juta. Di tahun berikutnya, naik 53,47% menjadi 1,69 juta investor per 2020. Lalu melesat 103,60% menjadi 3,45 juta pada tahun 2021.
Kenaikan juga terjadi pada jumlah investor reksa dana dan Surat Berharga Negara (SBN). Per 23 November 2022 KSEI mencatat ada 9,41 juta investor reksa dana, naik 37,61% dibandingkan posisi tahun lalu. Sedangkan investor SBN tercatat sejumlah 817.226, naik 33,72% dari tahun lalu.
Demografi dan Komposisi Aset
Berdasarkan komposisi investor, dari 10,11 juta investor pasar modal, 99,63% merupakan investor individu. Sedangkan institusi hanya memegang porsi 0,37%. Pasar saham, reksa dana dan SBN juga dikuasai investor individu dengan porsi masing-masing 99,56%, 99,88%, dan 97,54%.
Namun jika dilihat dari komposisi aset berdasarkan Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu (S-Invest), institusi menguasai dengan porsi 68,19%. Berbanding 31,81% komposisi aset yang dimiliki total investor individu.
Berdasarkan asal investor, pasar modal Indonesia dikuasai oleh investor lokal dengan porsi 99,66%. Sementara investor asing hanya 0,34%. Pasar saham, reksa dana, dan SBN juga dikuasai oleh investor lokal dengan porsi masing-masing 99,55%, 99,90% dan 97,93%.
Dalam data S-Invest, komposisi aset yang dimiliki investor lokal mendominasi dengan porsi 97,21%, lalu sebanyak 2,79% dimiliki oleh investor asing. Sedangkan di pasar saham, kepemilikan asetnya memiliki komposisi yang berbeda.
Meski dengan jumlah yang minim yakni 0,44%, tapi investor institusi menguasai 84,02% komposisi aset di pasar saham. Sementara investor individu memiliki porsi 15,98%.
Berdasarkan asalnya, investor lokal menguasai 58,21% dari komposisi aset pasar saham. Sedangkan investor asing menguasai aset di pasar saham dengan porsi 41,79%.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menambahkan, investor domestik memberikan kontribusi yang signifikan pada rata-rata trading harian. Komposisi trading dari institusi asing pun turun menjadi di bawah 31% sejak tahun lalu.
Sedangkan kontribusi dari investor ritel terus mengalami penguatan. Berdasarkan data pasar saham Januari-Oktober 2022, investor ritel berkontribusi 46,2%, institusi domestik 23,3% dan institusi asing 30,5%.
Iman bilang, komposisi investor tersebut menjaga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap berada di zona positif. "Investor domestik memberikan kontribusi signifikan, jadi tidak aneh IHSG tetap positif walau di tengah tantangan global saat ini," jelas Iman.
Adapun per 25 November 2022, IHSG masih mencatatkan kenaikan 7,17% secara year to date (YTD). Indeks bursa saham Indonesia masih mampu tumbuh positif di saat mayoritas bursa global bergerak negatif.
Kenaikan indeks saham Indonesia hanya kalah dari Turkey dan Chile. Rata-rata transaksi harian di pasar saham Indonesia pun telah menembus US$ 1,07 miliar atau sekitar Rp 14,9 triliun. Mengalami kenaikan 15% secara YTD.
Di sisi lain, momentum booming komoditas juga mempengaruhi minat investasi, khususnya di pasar saham. Sebagai contoh, dari enam wilayah pulau besar di Indonesia, Pulau Kalimantan mencetak kenaikan komposisi aset yang signifikan di pasar saham.
Per tahun 2021, data aset dari investor saham di Pulau Kalimantan senilai Rp 29,95 triliun. Sedangkan per 18 November 2022, jumlahnya melesat menjadi Rp 58,12 triliun. Uriep menyebut, lonjakan tersebut tak lepas dari dampak tingginya harga batubara.
Secara nasional, Pulau Jawa masih mendominasi. Untuk sebaran investor domestik, Pulau Jawa memiliki porsi 69,18% dari total jumlah investor. Kepemilikan aset dari investor saham di Pulau Jawa mencapai Rp 3.468,43 triliun atau 95,49%.
Sedangkan jika dilihat dari usia, investor muda dengan umur 30 tahun ke bawah mendominasi dengan porsi 58,79%. Disusul investor berusia 31-40 tahun sebanyak 22,41%, lalu 41-50 tahun 10,82%, 51-60 tahun 5,21%, dan investor dengan usia di atas 60 tahun sebanyak 2,77%.
Berdasarkan jenis pekerjaannya, pegawai (swasta, negeri, dan guru) mendominasi dengan porsi 32,20%, pelajar dan mahasiswa sebanyak 27,81%, pengusaha 14%, ibu rumah tangga 6,58%, dan lainnya mencapai 19,41%.
Baca Juga: Terpangkas 0,41% Sepekan, Tengok Prediksi IHSG Pekan Depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News