kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Investor nilai risiko investasi di Indonesia turun


Jumat, 05 September 2014 / 17:15 WIB
Investor nilai risiko investasi di Indonesia turun
ILUSTRASI. Umat Hindu membawakan tari rejang dewa saat upacara Tawur Agung Kesanga di kawasan Patung Catur Muka, Denpasar, Bali, Selasa (21/3/2023). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/aww.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Harris Hadinata

JAKARTA. Investor asing menilai iklim investasi di Indonesia terus membaik. Kepercayaan pelaku pasar untuk menginvestasikan dananya di Indonesia semakin meningkat. Hal ini terlihat dari posisi credit default swap (CDS) Indonesia yang terus turun.

Mengutip Bloomberg, pada Rabu lalu (3/9) posisi CDS Indonesia bertenor 5 tahun berada di level 128,5. Sementara CDS Indonesia bertenor 10 tahun bergerak ke 196,39. Nilai CDS tenor 5 tahun maupun 10 tahun tersebut merupakan yang terendah sejak Mei 2013.

Posisi kedua CDS tersebut kembali naik tipis di perdagangan Kamis (4/9). CDS tenor 5 tahun naik ke level 130,5 dan CDS tenor 10 tahun naik ke level 198,88.

Sekadar informasi, CDS kerap digunakan sebagai indikator untuk mengetahui persepsi risiko investor terhadap iklim investasi di suatu kawasan. Semakin rendah CDS di kawasan tersebut, artinya investor juga menganggap rendah risiko berinvestasi di kawasan tersebut.

Analis Millenium Danatama Indonesia Desmon Silitonga mengatakan penurunan CDS tersebut merupakan dampak sentimen politik dalam negeri dan makro ekonomi Indonesia. Dari segi politik, investor mendapat kepercayaan diri terhadap gaya kepemimpinan presiden terpilih presiden terpilih Joko Widodo.

Sedangkan dari segi makro ekonomi, ada perbaikan dari laju inflasi bulan Agustus kemarin yang cukup rendah dan surplus neraca perdagangan bulan Juli lalu. “Faktor politik dan makro ekonomi ini membuat tren CDS paling tidak terus melandai hingga pelantikan Joko Widodo 20 Oktober nanti,” tambah Desmon.

Namun untuk jangka panjang, persepsi risiko investor terhadap tingkat risiko investasi di Indonesia berpotensi kembali naik. Pasalnya, inflasi Indonesia berpeluang meningkat. Maklum saja, selain kenaikan tarif listrik, masyarakat Indonesia juga dibayangi kenaikan harga BBM bersubsidi.

Global Markets-Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia Anup Kumar menyebut rencana kenaikan BBM pada masa awal pemerintahan Joko Widodo nanti bakal berujung pada tingginya tingkat inflasi. “Sehingga pada akhir tahun 2014 CDS berpotensi naik lagi,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×