Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Obligasi subordinasi alias subordinated debt (subdebt) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) hanya terjual Rp 2 triliun. Jumlah ini lebih rendah ketimbang target penerbitan sebelumnya, yaitu Rp 3 triliun.
Banjir obligasi yang terjadi pada tahun ini memaksa bank yang berkutat pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bersaing dengan penerbit obligasi lain. Persaingan ini mengakibatkan para investor meminta imbal hasil (yield) yang tinggi.
Mandiri Sekuritas selaku penjamin emisi (underwriter) menjelaskan, penurunan target ini karena rendahnya minat pasar. "Investor mulai mengantisipasi peningkatan suku bunga pada tahun depan sehingga mereka meminta bunga yang lebih tinggi," ungkap Teguh Wirahadikusumah, Head Of Asset Recovery Mandiri Sekuritas.
Sebaliknya, BRI keukeuh dan enggan memberikan bunga yang lebih tinggi, sehingga rela memangkas jatah penerbitan sebesar Rp 3 triliun. Apalagi, obligasi BBRI ini mendapatkan peringkat AA+ dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
BRI menawarkan obligasi junior ini dalam dua seri. Pertama, Seri A dengan tenor 5 tahun. Seri ini mengacu pada SUN FR0026 plus 60 basis poin (bps). Pada 7 Desember 2009, yield FR 0026 bertengger di 8,91%. Dus, obligasi seri A ini memberi yield 9,51%.
Kedua, Seri B berdurasi selama 10 tahun. Obligasi ini menggunakan patokan SUN FR0036 plus 60 bps. Kemarin, yield FR0036 bertengger di 10,03%. Dus, obligasi Seri B ini memberi yield 10,63%.
Dengan peringkat yang apik, BBRI pun tidak mau membayar yield lebih tinggi. "BBRI minta di bawah 11%," ungkap Teguh. Sayang, Teguh enggan mengungkapkan batasan yield secara pasti.
Namun, Direktur Keuangan BRI Sudaryanto Sudargo mengaku, jumlah penerbitan sebesar Rp 2 triliun sudah bagus. "Target kami Rp 1 triliun - Rp 3 triliun," kilahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News