Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia Rabu (13/7) mayoritas ditutup naik tipis. Indeks Nikkei 225 misalnya, naik tipis 0,54%. Begitu pula indeks Shanghai Composite yang naik 0,09%. Sementara dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,15% ke level 6.640,99.
Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, pergerakan bursa saham Asia dipengaruhi sikap investor yang menunggu rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) nanti malam. Investor menanti data inflasi, bursa saham Asia naik tipis pada perdagangan Rabu (13/7).
Laju inflasi yang semakin tinggi akan diartikan oleh bank sentral AS, yakni Federal Reserve sebagai sinyal untuk perlu melanjutkan kenaikan suku bunga acuan secara agresif. Ini untuk mengendalikan kenaikan harga-harga, meskipun langkah ini dapat mendorong ekonomi jatuh ke dalam resesi.
Baca Juga: IHSG Hari Ini Melorot 1,15%, Simak Proyeksi untuk Perdagangan Besok Kamis (14/7)
Memperkuat kekhawatiran mengenai inflasi, bank sentral Korea Selatan atau Bank of Korea (BOK) hari ini menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 2,25%. Kenaikan suku bunga ini untuk menjinakkan tingkat inflasi di negeri ginseng tersebut yang mencapai 6% di bulan Juni, tertinggi dalam 23 tahun.
Korea Selatan adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap tekanan inflasi global dan pengetatan kebijakan Federal Reserve. Defisit Neraca Perdagangan Korea Selatan telah membengkak akibat lonjakan harga bahan energi dan komoditas. Sementara itu, aliran keluar dana asing telah memperlemah nilai tukar mata uang Won ke level terendah sejak krisis finansial Asia.
Sementara itu, bank sentral Selandia Baru atau Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) juga menaikkan suku bunga acuan Cash Rate sebesar 50 bps menjadi 2,50%. Ini adalah untuk ketiga kalinya RBNZ menaikkan suku bunga sebesar 50 bps tahun ini, menyusul kenaikan serupa di bulan April dan Mei.
Baca Juga: IHSG Anjlok 1,15% ke 6.640 Hingga Tutup Pasar Rabu (13/7)
Di bulan Februari, RBNZ menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps. RBNZ memproyeksikan suku bunga acuan akan mencapai puncaknya di 4% tahun pada akhir tahun depan.
Saat ini, tingkat inflasi di Selandia Baru mencapai 6,9% dengan tingkat pengangguran sebesar 3,2%. RBNZ akan mempertimbangkan kembali menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan kebijakan tanggal 17 Agustus 2022.
Investor juga mencerna rilis data Neraca Perdagangan China bulan Juni yang memecahkan rekor surplus US$ 97,9 miliar, lebih besar dari ekspektasi pasar yang memprediksi surplus US$ 75,7 miliar.
Ekspor tumbuh 17,9% year-on-year (yoy), tertinggi dalam 5 bulan seiring dengan meredanya gangguan logistik setelah pembatalan kebijakan lockdown. Sementara itu, impor hanya tumbuh 1% yoy, lebih rendah dari pertumbuhan 4,1% yoy di bulan Mei.
Surplus neraca perdagangan dengan AS semakin melebar menjadi US$ 41 miliar dari sebelumnya US$ 36,1 miliar di bulan Mei.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News