Reporter: Adrianus Octaviano, Albar Maulana | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Investor asing kelas kakap seperti Blackrock, JP Morgan, hingga Vanguard Group terus mengincar saham blue chip sektor bank di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat investor asing borong saham blue chip, investor ritel kelas receh sebaiknya beli atau jual?
Saham blue chip adalah saham lapis satu yang telah berpengalaman di pasar modal. Saham blue chip biasanya berasal dari perusahaan dengan fundamental kinerja keuangan yang kuat dan memiliki nilai kapitalisasi pasar besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah atau lebih.
Di BEI, saham blue chip biasanya menjadi anggota indeks mayor seperti LQ45. Salah satu saham LQ45 yang terus dikoleksi asing adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Jumlah kepemilikan saham investor asing kelas kakap di saham bank yang dekat dengan wong cilik ini meningkat pada kuartal III-2025. Mengutip data Bloomberg (1/10), Investor asing yang beli banyak saham BBRI antara lain Blackrock, JP Morgan, hingga Vanguard Group.
Baca Juga: Diprediksi Naik 30% Mulai 2026, Cek Harga BYD Atto M6 Denza Dolphin Oktober 2025
Adapun, JP Morgan menjadi salah satu investor yang kembali masuk di saham BRI setelah pada kuartal-kuartal sebelumnya tercatat melepas. Blackrock pada kuartal III-2025 ini telah mengempit saham BBRI sebanyak 2,41 miliar saham. Jumlah tersebut naik dari kuartal sebelumnya yang baru sekitar 2,32 miliar saham atau naik 3,9%.
Jika dilihat lebih jauh sejak akhir 2024, saat itu kepemilikan saham Blackrock di BBRI baru sekitar 2,18 miliar saham. Artinya, sepanjang 2025, Blackrock telah membeli kembali saham BRI sebanyak 231 juta saham.
Mari beralih ke Vanguard yang merupakan investor asing dengan kepemilikan terbesar di salah satu bank milik Danantara ini. Hingga Kuartal III/2025, kepemilikan saham Vanguard di BRI mencapai 3,31 miliar saham.
Sebagai perbandingan, pada kuartal II-2025, kepemilikan Vanguard baru mencapai 3,28 miliar saham. Sementara itu, kepemilikannya di akhir 2024 justru lebih sedikit lagi yaitu hanya sekitar 2,99 miliar saham.
Sementara itu, JP Morgan pada akhirnya kembali menambah kepemilikan BBRI di periode Juli-September 2025 ini. Di mana, JP Morgan kini mengempit saham BRI sebanyak 905,32 juta pada periode tersebut.
Sebagai perbandingan, di kuartal sebelumnya, kepemilikan JP Morgan di BBRI hanya sekitar 892,9 juta saham. Meski demikian, kepemilikan JP Morgan belum sebanyak seperti posisi akhir 2024 yang mencapai 1,93 miliar saham.
Adapun, dengan kepemilikan investor asing yang kembali masuk ini membuat BBRI menjadi saham big banks yang paling tahan dari koreksi. Pasalnya, dalam tiga bulan terakhir, BBRI malah naik 1,87% ketika big banks lainnya turun.
Tonton: Insiden Kebakaran Kilang Pertamina Dumai Rabu (1/10) Malam, Ini Dampaknya
Rekomendasi saham
Pada perdagangan Rabu 1 Oktober 2025, harga saham BBRI turun dalam hingga 2,31% ke level Rp 3.810 per saham. Harga saham BBRI terus memerah sepanjang hari meskipun sempat meraih harga tertinggi di level Rp 3.930 per saham di awal perdagangan.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta, menilai secara valuasi saham perbankan saat ini sudah masuk kategori undervalued, bahkan di bawah fairly valued. Dari sisi dividend yield, saham-saham bank juga dinilai menarik.
“Bagi dividend hunter, ini sebenarnya waktu yang pas untuk melakukan accumulative buy karena sudah di bawah fairly valued,” ujar Nafan, Rabu (1/10/2025).
Secara teknikal, pergerakan harga saham BBRI telah menguji ulang lower boundary dari up channel dan MA60. Selain itu, MAs20 dan 60 berada dalam persilangan positif, sementara volume mulai meningkat.
Nafan rekomendasi accumulative buy saham BBRI. "Support Rp 3.770 & Rp 3.620 sedangkan target Price Rp 4.030 & Rp 4.220," jelas Nafan.
Selanjutnya: BGN Klaim 198 Dapur MBG Kantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi
Menarik Dibaca: Jajan Enak Lebih Hemat Pakai Promo Burger King Kupon Oktober Diskon sampai 51%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News