Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas dunia masih cukup bertenaga. Meski sejumlah data perekonomian Amerika Serikat (AS) dirilis positif pada akhir pekan lalu, harga emas masih bertahan di atas level US$ 1.200 per ons troi.
Mengutip Bloomberg, harga emas kontrak pengiriman Desember 2018 di Commodity Exchange (Comex) berada di level US$ 1.206,70 per ons troi, Jumat (31/8). Harga masih mampu mencatat kenaikan 0,14% dari posisi pada hari sebelumnya.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar menilai, saat ini tarik menarik sentimen masih menahan harga emas. Di satu sisi, akhir pekan lalu, indeks personal consumption expenditures (PCE) AS hingga Juli berhasil naik menjadi 2% year-on-year (yoy).
"Indeks yang menjadi tolok ukur bagi The Federal Reserves untuk menaikkan suku bunga ini berhasil mencapai level yang ditargetkan. Ini harusnya berdampak negatif untuk harga emas," ujar Deddy, Jumat (31/8).
Namun, di sisi lain, saat ini pasar juga tengah diselimuti eskalasi ketegangan perang dagang antara AS dan China.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal, mengatakan, tensi perang dagang kembali meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mewacanakan kenaikan tarif impor pada produk China dari sebelumnya US$ 50 miliar menjadi US$ 200 miliar dalam pekan depan.
"Investor pun melakukan hedging di tengah risiko ini dari belum adanya kesepakatan baru antara AS dan China sampai saat ini," ujar Faisyal, Jumat (31/8).
Apalagi, Deddy menambahkan, muncul kekhawatiran baru seputar krisis yang kini menghantam perekonomian Argentina. Kejatuhan mata uang peso Argentina menyusul Lira Turki terhadap dollar AS membuat pelaku pasar khawatir kondisi ini akan merembet ke negara emerging market lainnya. "Investor pun kembali memburu emas sebagai aset safe haven, selain dollar AS," kata Deddy.
Kendati demikian, Deddy melihat, harga emas masih berada dalam kondisi bearish. "Masih ada pertahanan kuat di level US$ 1.220 dan US$ 1.225 saat ini," kata dia. Menurutnya, jika harga masih betah bergerak di level saat ini hingga jelang kenaikan suku bunga The Fed pertengahan September nanti, peluang harga untuk kembali tertekan menjadi sangat terbuka.
Senada, Faisyal menilai, ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed di bulan ini membuat kenaikan harga emas terbatas. "Kita lihat saja kalau nanti ada hasil dari pertemuan perwakilan dagang AS dan China yang bisa meredakan perang dagang," ujar Faisyal.
Baik Deddy maupun Faisyal, berpendapat, harga emas masih berpotensi melanjutkan penguatan pada pekan depan. Terutama, jika AS benar-benar mengerek tarif impor terhadap produk China dan krisis di Argentina maupun Turki masih memburuk.
"Harga emas saat ini juga sudah terdiskon cukup murah, sehingga wajar kalau memicu investor melakukan pembelian," tandas Deddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News