Sumber: KONTAN MINGGUAN 42 XVI 2012, Laporan Utama3 | Editor: Imanuel Alexander
Kucuran dana dari para angel investor kian deras dalam tiga tahun terakhir. Imbal hasil yang aduhai plus misi mencetak wirausaha jadi alasan investor mengucurkan dana. Selain menjadi pasar, bermunculan juga investor malaikat dari Indonesia.
Kepak sayap angle investor alias investor malaikat terus menyebar ke penjuru jagat. Mereka berlomba-lomba mencari para wirausahawan dengan ide-ide bisnis kreatif tapi kekurangan modal.
Banyak investor malaikat yang rela terbang ke berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk mengucurkan dana merka ke ribuan pengusaha pemula. Saat ini, hampir semua negara memiliki angel investor. Sebut saja di Amerika Serikat (AS), Inggris, Kanada, sampai Pantai Gading, China, Argentina, termasuk juga di Indonesia.
Angel investor adalah investor individu yang sangat memperhatikan para wirausaha yang sedang merintis bisnis (start up). Biasanya, para wirausahawan pemula ini tidak dilirik investor besar, apalagi bank. Nah, para angel investor mengisi kekosongan ini.
Mereka bermain dengan insting bisnis dan keyakinan yang mungkin sulit dikuantifikasi. Ini kelebihan mereka yang sulit dijumpai di lembaga keuangan lain, seperti bank, modal ventura atau venture capital (VC), hingga private equity (PE).
Fenomena angel investor di AS menyeruak sekitar lima tahun terakhir. Kiprah para malaikat itu semakin jelas saat krisis finansial mendera Negeri Paman Sam pada 2008. Saat itu, bisnis bank investasi dan private equity meredup dan kehilangan pamor. Banyak miliarder di sana ogah membiakkan duit di lembaga keuangan yang sedang terpuruk. Sama-sama berisiko, mereka memilih mengenakan jubah malaikat dan membiayai rintisan bisnis.
Memang, karakter bidang usaha investasi itu berisiko tinggi dan sifatnya jangka panjang. Karena itu, syarat utama menjadi investor malaikat adalah kaya raya. “Angel investor adalah jenis investor yang harus sabar,” kata John A. May, Managing Partner New Vantage Group, salah satu asosiasi angel investor di AS, kepada KONTAN seusai mengisi acara seminar di Jakarta, Rabu pekan lalu (11/7).
John menyebut, angel investor berbeda dengan bank, VC, dan PE terutama karena investor jenis ini memilih maju layaknya individu saat berinvestasi di suatu usaha. Selain itu, investor malaikat berperan seperti teman dan keluarga, sementara VC, PE, dan bank memiliki jarak dengan para entrepreneur. Apalagi jika kita melihat posisi start up yang masih baru dalam bisnis, tidak memiliki dana sendiri, dan belum terbukti secara riil menghasilkan keuntungan.
Dari sisi jumlah uang yang diinvestasikan juga ada perbedaan. Selain karena risiko di atas, bank, VC, dan PE belum mau membenamkan duit di start up karena dana yang dibutuhkan masih terlalu sedikit. Di sisi lain, investor malaikat mau berinvestasi untuk kebutuhan modal mulai dari US$ 50.000 hingga US$ 200.000.
Tiap investor malaikat memiliki spesialisasi bisnis yang berbeda dan hanya melayani satu daerah tertentu saja. Untuk memudahkan proses seleksi, banyak investor berkumpul dalam suatu forum atau kelompok asosiasi. Selain menyasar start up di dalam negeri, ada investor yang sengaja mencari rintisan bisnis di negara lain.
Menurut Angel Resource Institute (ARI), grup angel investor paling agresif bergerak di sektor bisnis internet dan pelayanan kesehatan (health care). Sebuah grup investor bisa hanya menginvestasikan dana khusus di satu sektor saja atau di banyak sektor sekaligus.
Setiap kuartal, ARI mencatat aktivitas kelompok investor malaikat yang berinvestasi di AS. Pada kuartal I-2012, lima grup yang paling aktif melakukan deal investasi adalah Tech Coast Angels, Alliance of Angels, Clean Energy Venture Group, Central Texas Angels Network, dan Launch Pad Venture.
Sebagai contoh, Tech Coast Angels adalah kumpulan investor di Los Angeles. Mereka fokus membiayai bisnis-bisnis yang bergerak di bidang teknologi, bioteknologi, produk konsumsi, internet, teknologi informasi, sains, software, lingkungan hidup, dan lainnya.
Setelah beredar luas di AS, belakangan ini, virus angel investor tumbuh subur di kawasan Asia. Singapura pun menjadi hub tempat berkumpulnya para investor yang selalu aktif mencari start up berprospek cerah.
Seperti di AS, angel investor asal Negeri Merlion ini juga membuat grup atau forum. Dalam grup ini, afiliasi satu investor terhadap investor lainnya kabur, alias belum tentu satu keluarga atau satu perusahaan. Para investor tersebar di beberapa negara. Selain itu, kecakapan mereka dalam berinvestasi pun beragam.
Singapura sudah memiliki badan khusus di bawah Departemen Perdagangan untuk mengorganisir grup angel investor tadi. Namanya SPRING. Selain membiayai sebagian aktivitas angel investor saat berinvestasi, SPRING membuat program investasi bersama antara SPRING dan investor di sebuah perusahaan baru.
Malaikat merah putih
Salah satu kesamaan angel investor dari AS dan Singapura adalah, saat ini mereka suka berburu start up di Indonesia. Biasanya, mereka datang sendiri atau dengan fasilitas dari perwakilan negara mereka di Indonesia. Salah satunya acara yang dilakoni John di Jakarta. Acara ini diprakarsai Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) dan Kedutaan Besar AS di Indonesia.
Sebelum mengulas sepak terjang investor malaikat di Indonesia, sebenarnya, ada sekelompok malaikat merah putih yang menebar investasi ke luar negeri. Managing Director Bumi Laut Group, Jaka A. Singgih, mengaku telah menyuntikkan dana investasi ke 12 entitas bisnis yang berlokasi di luar negeri, seperti Inggris. Jika divaluasi berdasarkan nilai buku saat ini, dia memperkirakan, nilai atau ukuran 12 bisnis itu US$ 100 juta - US$ 200 juta.
Selain bisnis konvensional, Jaka juga membiayai usaha di sektor padat teknologi (high technology), seperti nanoteknologi dan bisnis pengiriman uang dengan memanfaatkan jaringan telepon seluler. Selain informasi dari keluarga, kerabat, dan rekan bisnis, Jaka menjaring calon wirausahawan dari perguruan tinggi. Salah satu perguruan tinggi yang jadi sasaran pantauannya adalah London Business School di Inggris.
Saat mengincar suatu jenis usaha untuk dibiayai, sebagai investor malaikat, Jaka menyiapkan dana US$ 5.000 hingga US$ 5 juta. Ini untuk memaksimalkan potensi keuntungan yang bisa direalisasikan.
Kelompok angel investor Jaka ini sudah menggunakan metode exit strategy yang menyerupai VC, yakni penguasaan kepemilikan saham melalui skema konversi utang. Jadi return investasi dapat dirasakan jika entitas bisnis beralih kepemilikan lewat proses akuisisi maupun penjualan saham perdana ke publik (IPO). “Saat ini potensi exit sudah ada. Ada yang mau dibeli perusahaan lain dan IPO,” ujar Jaka.
Namun, Jaka dan rekan-rekannya tak mau terburu-buru melepas hak mereka atas entitas bisnis yang sudah masuk tahap exit strategy tersebut. Selain faktor ekonomi Eropa yang saat ini dinilai kurang kondusif, mereka juga masih meneliti calon pembeli. Di sinilah peran sosial angel investor muncul. Mereka harus memperhatikan kelanjutan bisnis serta nasib pemilik dan para pekerja entitas yang mereka biayai. “Jangan-jangan calon pembelinya itu kompetitor yang ingin mematikan bisnis. Jadi harus dilihat motifnya apa? Tentu kami juga ingin return yang optimal,” tukas Jaka.
Bila Jaka bergerak di luar negeri, ada Putera Sampoerna Foundation (PSF) yang cukup jeli melihat masalah keterbatasan akses terhadap modal yang dialami banyak wirausahawan di Indonesia. Terutama, mereka yang termasuk kategori start up atau pemula hingga pengusaha yang belum memiliki aset berskala bankable. PSF bergerak melalui Mekar, sebuah portal bagi entrepreneurship dan investor. Mekar berposisi sebagai fasilitator bertemunya investor dengan pewirausaha.
Sejak beroperasi awal 2011, Mekar menggaet 2.000 wirausahawan, 300 calon angel investor, serta memfasilitasi sebanyak 25 finalisasi perjanjian investasi senilai Rp 7 miliar. Dengan investasi tadi, Mekar mengklaim telah membuka sebanyak 146 lapangan pekerjaan yang merupakan efek langsung (direct job) dari 25 perjanjian investasi tersebut. Nilai investasi angel investor di bawah Mekar berada pada rentang Rp 25 juta hingga Rp 300 juta.
Mekar juga memperkirakan, efek tidak langsung atau lanjutan yang muncul dari tiap direct job tersebut memiliki rasio perbandingan 1:5. Setiap direct job memunculkan lima pekerjaan baru yang terkait. Efek lanjutan bisa terkait pemasok bahan baku di bisnis utama atau karena skala ekonomi wirausaha yang meningkat. “Misalnya mampu mempekerjakan baby sitter,” kata Andy Laver, Chief Operating Officer Mekar.
Dengan pendekatan online, setiap calon investor maupun wirausaha harus mengisi daftar isian yang tersedia dalam situs. Daftar isian ini akan menjadi indikator kunci dalam proses perjodohan pemilik bisnis dengan calon pemodal.
Mekar akan meminta investor untuk mengisi sektor bisnis, lokasi, nilai investasi yang disalurkan, serta pemaparan profitabilitas yang diinginkan. Sedangkan wirausaha harus memaparkan sektor industri, ide atau bisnis yang akan digeluti, lokasi, serta estimasi profitabilitas selama setahun.
Mencari chemistry
Sistem Mekar akan memproses data dari kedua pihak tersebut. Bila ditemukan kecocokan, Mekar akan menghubungi calon wirausaha untuk segera bertemu dengan calon investor malaikatnya. Ini merupakan tahap pre-deal. Pada tahap ini, faktor kunci yang berperan adalah pengenalan karakter dan kecocokan yang muncul otomatis (chemistry) antara pemodal dengan wirausahawan.
Alasannya, calon investor harus merasa yakin dengan karakteristik serta kapasitas wirausahawan mengelola bisnis yang akan dibiayai. Tahap pre-deal juga berandil besar dalam kesuksesan perjanjian bisnis. Sebab, wirausahawan harus mampu meyakinkan investor agar mau menginjeksi dana dan sekaligus menyerap segala risiko yang muncul dari bisnis yang diinvestasikan.
Perjanjian investasi sendiri, kata Andy, masih menggunakan hukum perjanjian yang diatur pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Soalnya, belum ada payung hukum yang mengatur mengenai tata cara atau mekanisme skema angel investment di Indonesia (lihat boks).
Proses penyelesaian sengketa yang dapat terjadi di kemudian hari, serta metode exit strategy ditetapkan lewat perjanjian tersebut. “Semuanya mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,” papar Andy.
Ada dua exit strategy yang dipakai investor malaikat di Mekar. Yaitu, pembayaran pinjaman pokok ditambah bunga dikali durasi perjanjian dan pembagian keuntungan (profit sharing) dalam waktu tertentu.
Selain Jaka Singgih dan Mekar, ada beberapa pengusaha yang disebut-sebut berjubah malaikat. Misalnya Erri Reksoprasodjo dan Sandiaga S. Uno.
Sepertinya, status malaikat ini bakal menjadi idaman. Tengok saja pengakuan Dian Noeh Abubakar, Co-Founder dan CEO Kennedy Voice & Berliner. Saat ini, ada 12 bisnis yang mengajukan aplikasi investasi kepadanya. Dia sudah menyaring menjadi enam usaha dan akhir tahun nanti akan membiayai dua proposal bisnis yang terpilih. “Kami menganggarkan dana Rp 1 miliar,” kata Dian.
Aktivitas investor malaikat di Indonesia akan semakin mudah berkat peran GEPI, yang menjadi wadah investor dan wirausaha. Ke depan, Manajer Program GEPI Fajar Nugraha mengatakan, GEPI akan menjalankan fungsi due diligence, memberi rekomendasi kepada calon investor, dan pengelolaan dana investasi. “Tapi proses ini masih dalam pembahasan di antara 13 pendiri GEPI. Tentu, kami akan mempertahankan ciri khas angel investor,” kata Fajar.
Harap dicatat, meskipun mengenakan jubah malaikat, para investor itu tetap mencari imbal hasil atas investasi mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News