Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Keputusan The Fed yang lebih berhati-hati dalam menerapkan kenaikan suku bunganya dalam beberapa waktu mendatang, jadi katalis yang mendongkrak pamor logam mulia terutama emas. Aliran dana investor pun mengalir deras ke aset safe haven tersebut.
Pada Rabu (1/2) lalu, aliran dana masuk ke SPDR Gold Shares mencapai US$ 413 juta. Dengan pelemahan dollar AS, investor merasa saat yang tepat untuk mengalihkan dananya ke aset safe haven agar lebih aman dan terlindungi.
“Belum ada sinyal kuat kapan The Fed akan menaikkan suku bunganya dan ini jelas jadi momentum positif bagi harga logam mulia untuk terus naik,” ujar David Meger, Director of Metals Trading High Ridge Futures seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (3/2).
Memang dalam pertemuan FOMC yang pertama kali di tahun 2017 tersebut, The Fed mengatakan akan lebih berhati-hati menerapkan kebijakannya. Hal ini karena The Fed ingin melihat imbas dari kebijakan Donald Trump, Presiden AS terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Pelaku pasar menangkap ini sebagai sinyal belum adanya peluang kenaikan suku bunga pada FOMC Maret 2017 mendatang.
Hanya saja pasca kenaikan yang signifikan, harga emas memang terserang koreksi teknikal akibat aksi profit taking yang menyerang harga demi mendulang keuntungan dari kenaikan yang sudah tajam.
Sebagai informasi, hingga pukul 14.25 WIB harga emas kontrak pengiriman April 2017 di Commodity Exchange tergerus 0,22% ke level US$ 1.216,70 per ons troi.
Sementara di sisi lain, indeks USD tercatat mengalami rebound tipis 0,07% ke level 99,85 pasca kejatuhan tajamnya ke level terendah dalam 11 minggu terakhir. Saat ini pelaku pasar sedang menanti rilis data sektor ketenagakerjaan AS malam hari nanti. Rilis data tersebut akan menjadi penentu pergerakan USD ke depannya.
Dugaan pasar angka tenaga kerja sektor non pertanian AS Januari 2017 akan naik dari 156.000 menjadi 170.000 dengan tingkat pengangguran yang bertahan di level 4,7%. Hanya saja upah tenaga kerja AS Januari 2017 diduga merosot dari 0,4% menjadi 0,3%. Apabila data ini buruk, maka USD bisa tenggelam kian dalam, namun sebaliknya, data ini bisa juga jadi alasan USD berbalik arah di pekan depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News