kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor asing terus pangkas kepemilikan di pasar obligasi domestik


Selasa, 22 Mei 2018 / 18:35 WIB
Investor asing terus pangkas kepemilikan di pasar obligasi domestik
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepemilikan asing di pasar obligasi domestik terus menyusut. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga 16 Mei lalu saja, investor asing telah melakukan jual bersih (net sell) hingga mencapai Rp 19,4 triliun. 

Sementara, sejak awal tahun, sudah ada Rp 8,9 triliun dana asing yang keluar dari pasar obligasi. Lantas, aksi jual bersih obligasi oleh asing di tahun ini bisa dibilang paling agresif dalam lima tahun terakhir.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ifan Mohamad Ihsan menjelaskan, secara historis pasar obligasi Indonesia biasanya selalu mencatatkan net buy. "Kecuali tahun 2008 dan 2013 di mana memang ada goncangan pada pasar obligasi, selebihnya selalu net buy," ujarnya, Selasa (22/5).

Ia menilai, tekanan pada pasar obligasi Indonesia tahun ini paling besar berasal dari kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) yang mengalami perbaikan signifikan. Ekspektasi naiknya suku bunga acuan The Fed yang lebih agresif di tahun ini pun kian menguat. Alhasil, banyak investor asing yang menarik kembali dana dari pasar negara-negara berkembang untuk dimasukkan ke pasar AS.

Tak hanya itu, volatilitas rupiah sepanjang tahun ini juga turut mengurangi minat investor asing untuk menempatkan dana di pasar obligasi domestik. Sejak awal tahun, nilai tukar rupiah sudah melemah sekitar 4% dan menjadi katalis negatif bagi pasar obligasi.

"Kondisi rupiah yang tidak stabil membuat investor asing mengalami kerugian karena bunga obligasinya tergerus penurunan kurs," tutur Ifan.

Kendati demikian, Ifan menilai langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sudah tepat untuk mengantisipasi kenaikan Fed Fund Rate sepanjang tahun ini. Saat ini, spread antara yield US Treasury dan SUN bertenor 10 tahun berkisar 4%. Naiknya suku bunga acuan AS tentu akan memperkecil rentang tersebut dan membuat SUN jadi kurang menarik di mata investor.

"Keputusan BI menaikkan suku bunga bisa meredam penyempitan spread sehingga pasar obligasi Indonesia tetap menarik," kata Irfan.

Di sisi lain, kata Irfan baik investor maupun penerbit obligasi tengah mencari titik keseimbangan baru. Bisa dilihat, penerbitan obligasi pemerintah maupun korporasi sepanjang kuartal ini tidak semarak kuartal sebelumnya. "Pemerintah masih mau melihat dari lelang baru-baru ini, bagaimana volume permintaan yang masuk dengan kondisi yield tinggi saat ini," ujar dia.

Di tengah kondisi pasar yang masih volatil, Ifan memproyeksi investor asing masih akan cenderung masuk ke pasar obligasi AS yang lebih stabil. Apalagi, selama belum ada kepastian mengenai kapan dan berapa kali lagi The Fed akan mengerek suku bunga di tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×