Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam sebulan ini, asing terpantau kembali masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN). Sikap hawkish Federal Reserve yang nampaknya sudah berakhir menjadi pemicunya.
Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per 1 Desember 2022 menunjukkan total kepemilikan investor asing di SBN sebesar Rp 736,24 triliun.
Sementara, posisi dana asing pada 1 November hanya sebesar Rp 714,59 triliun. Artinya, selama rentang waktu tersebut dana asing terus mengalir masuk ke SBN sebesar Rp 21,65 triliun.
Research & Consulting Manager PT Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menjelaskan bahwa kembali masuknya dana asing secara signifikan pada bulan November ini diperkirakan mulai terjadi pasca rilis inflasi AS yang melandai ke level 7,7% year on year (YoY)
Lihat saja, posisi dana asing pada 14 November 2022 tercatat Rp 720 triliun bertambah drastis dari sehari sebelumnya Rp 717 triliun. Tren masuknya dana asing tersebut kemudian berlanjut hingga akhir bulan dan menjadi yang tertinggi sejak akhir September 2022 atau dalam 2 bulan terakhir.
Baca Juga: Pekan Terakhir November 2022, Arus Modal Asing Masuk Rp 9,64 Triliun
"Penurunan inflasi AS meningkatkan ekspektasi pasar terhadap akan melambatnya laju kenaikan Fed Fund Rate (FFR) oleh The Fed," ungkap Nicodimus saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (4/12).
Dengan demikian, lanjut Nicodimus, investor asing melihat spread imbal hasil (yield) di negara berkembang khususnya Indonesia akan kembali menarik. Terlebih ditunjang dengan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang bergerak ahead the curve.
Ke depan, dana asing di pasar SBN diperkirakan berpotensi kembali masuk jika didukung oleh lebih dominannya sentimen positif. Fundamental ekonomi domestik diharapkan masih resilien di tengah volatilitas global dan kebijakan kenaikan suku bunga acuan FFR yang tidak seagresif sebelumnya.
Namun perlu diperhatikan pula sisi risiko yang berasal dari faktor global seperti inflasi tinggi, kebijakan moneter Bank Sentral beberapa negara maju, dan laju indeks dollar Amerika Serikat.
Dihubungi terpisah, Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai (HP) Asset Management Reza Fahmi menuturkan bahwa penguatan obligasi pemerintah karena menilai yield sudah bagus.
Di sisi lain, Bank Sentral AS nampaknya tinggal satu kali lagi menaikkan suku bunga dan tidak akan seagresif sebelumnya.
"Hal ini menjadi katalis positif untuk pasar surat utang Indonesia," jelas Reza kepada Kontan.co.id, Sabtu (3/12).
Dari serangkaian seri yang diterbitkan tahun ini, Reza mencermati bahwa SR017 adalah seri yang paling menarik dikeluarkan di tahun ini. Hal itu tercermin dari penjualan SR017 berdasarkan data mitra distribusi mencapai Rp 27 triliun, bahkan sebelum penawaran ditutup.
Baca Juga: ST009 Laku Rp 10 Triliun Hingga Akhir Penjualan, Begini Kata 3 Mitra Distribusi
Angka tersebut mencetak rekor terbesar untuk penerbitan Surat Berharga Negara Ritel tahun 2022. Menurut Reza, SR017 diburu investor karena melihat kupon tinggi sebesar 5,9% per tahun. Serta, SR017 termasuk pilihan investasi yang aman karena dijamin negara.
Kalau Nicodimus melihat bahwa investor asing menyukai seri obligasi pemerintah yang memiliki likuiditas tinggi. Dengan kata lain, investor akan memilih seri benchmark 5 dan 10 tahun.
Hal itu wajar karena secara historis pilihan investor asing masih ditenor 5-10 tahun. Rentang tenor tersebut terdapat Surat Utang Negara (SUN) benchmark 5 dan 10 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News