kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.095   -25,00   -0,16%
  • IDX 7.108   -49,86   -0,70%
  • KOMPAS100 1.064   -9,05   -0,84%
  • LQ45 834   -8,40   -1,00%
  • ISSI 216   -2,01   -0,92%
  • IDX30 426   -3,80   -0,88%
  • IDXHIDIV20 514   -4,38   -0,84%
  • IDX80 121   -1,10   -0,90%
  • IDXV30 127   -0,23   -0,18%
  • IDXQ30 142   -1,29   -0,90%

Investor Asing Keluar Bursa RI , Saham Big Caps Perbankan Ini Banyak Dilepas


Kamis, 12 Januari 2023 / 04:50 WIB
Investor Asing Keluar Bursa RI , Saham Big Caps Perbankan Ini Banyak Dilepas


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Arus dana asing terus keluar dari pasar saham Indonesia. Secara year-to-date (ytd), asing telah melakukan aksi jual bersih alias net sell sebanyak Rp 2,30 triliun di pasar reguler.

Sejumlah saham terpantau dilego asing, yang kebanyakan adalah saham-saham perbankan besar.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi saham dengan nilai net sell tertinggi tahun ini, yakni mencapai Rp 949,8 miliar, disusul saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net sell mencapai Rp 846 miliar.

Baca Juga: IHSG Kembali Merosot, Cek Saham-Saham yang Banyak Dilepas Asing, Selasa (10/1)

Di posisi ketiga ada saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan net sell senilai Rp 403 miliar, dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan net sell Rp 308 miliar di posisi keempat.

Sebenarnya, aksi jual bersih oleh investor asing sudah dilakukan sejak Desember 2022.

 

Senior Investment Information Mirae Asset Martha Christina mengatakan, sepanjang tiga kuartal 2022, investor asing sudah mengakumulasi saham-saham Indonesia, terutama saham dengan kapitalisasi besar (big caps) seperti BMRI, BBCA, BBRI, TLKM, PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Bank Negara indonesia Tbk (BBNI).

Namun, pada kuartal keempat 2022, investor asing mulai melakukan penjualan, dengan puncaknya terjadi pada Desember 2020.

Baca Juga: Asing Banyak Memburu Saham-Saham Ini di Tengah Koreksi IHSG, Selasa (10/1)

Dimana pada periode ini, jumlah net sell mencapai hampir Rp 20 triliun. Aksi net sell ini sejalan dengan mayoritas bursa global tercatat turun selama tahun 2022. “Jadi memang tidak heran jika portofolio mereka (asing) yang positif di Indonesia direalisasikan keuntungannya,” kata Martha.

Martha menilai, tekanan jual asing yang tetap tinggi di awal tahun ini membuat peluang terjadinya January Effect cukup kecil. “Tekanan jual asing yang tinggi membuat investor domestik menjadi wait and see,” sambung dia.

Head of Business Development FAC Sekuritas Indonesia Kenji Putera Tjahaja menilai, net sell yang terjadi tidak terlepas dari sejumlah saham yang sudah naik tinggi tahun lalu.

Misal, untuk saham perbankan yang memang kinerja sahamnya cukup oke di kuartal keempat 2022. Sehingga, investor asing yang sudah mengoleksi saham-saham ini dari kuartal sebelumnya sudah pasti akan merealisasikan profit terlebih dulu, mengingat adanya ancaman resesi di tahun ini.

Martha menilai, Investor bisa mencermati sektor perbankan, yang didorong oleh potensi pertumbuhan kredit tahun 2023, dimana estimasi kredit tahun ini tumbuh sebesar 12%. Proyeksi tersebut lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan kredit di 2022 yang sebesar 10,2%  year-on-year (YoY).

Baca Juga: Saham Bank Kelas Kakap Jadi Pemberat IHSG Hari Ini, Selasa (10/1)

Penaikan suku bunga deposito juga akan membuat dana pihak ketiga (DPK) perbankan kembali tumbuh. Selain itu, ada perbaikan margin seiring kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI).

Sebagai gambaran, Marta merinci empat perbankan terbesar tanah air mencatatkan pertumbuhan kredit per November 2022. Kredit PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil tumbuh 13% YoY, kredit PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tumbuh 12,5% YoY, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) tumbuh 10,1% YoY,  dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan pertumbuhan kredit 6,5% YoY per akhir November 2022.

Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan buy saham BBCA dengan target harga Rp 10.100, buy BBRI dengan target harga Rp 6.100, buy BMRI dengan target harga Rp 12.300, dan buy saham BBNI dengan target harga Rp 12.500.

Keempat bank besar ini juga berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih double digit. BBNI mencetak pertumbuhan laba bersih 79%, laba bersih BMRI  naik 60%, BBRI  naik 58% YoY, dan  laba bersih BBCA naik 21% YoY per akhir November 2022.

Investor juga bisa mencermati sektor saham barang konsumsi. Sektor ini dinilai menarik karena sifatnya yang defensive yang tahan goncangan resesi. Selain itu, emiten sektor barang konsumsi juga mendapat sentimen positif dari normalisasi harga komoditas pangan dan komoditas energi, sehingga bisa memperbaiki margin keuntungan emiten.

Baca Juga: IHSG dan Blue Chip Terjun Saat Asing Beralih ke Pasar Saham China

Emiten consumer juga diuntungkan dengan kenaikan harga jual produk dan naiknya permintaan di tahun Pemilu.

Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan trading buy saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan target harga Rp 12.100. Investor juga bisa mencermati saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Sementara menurut Kenji, perbankan big caps yang sudah menyentuh area support masih menarik untuk dikoleksi, dimana salah satunya adalah saham BBNI.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham BBRI, INCO, BFIN Untuk Rabu (11/1)

Kepala Riset Trimegah Sekuritas Willinoy Sitorus optimistis aliran dana asing akan masuk ke ekuitas Indonesia di sepanjang tahun ini. Hal ini menyusul potensi pertumbuhan (growth) di pasar Indonesia yang atraktif. Willinoy Meyakini, investor global akan terus mengalihkan dananya dari pasar negara maju (seperti AS dan Eropa) menuju pasar negara berkembang.

Adapun saham pilihan Trimegah untuk tahun ini diantaranya BBCA, BBRI, ICBP, MYOR, PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN), dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×