kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Investor antusias, penawaran yang masuk dalam lelang SBSN mencapai Rp 24 triliun


Selasa, 22 Januari 2019 / 20:51 WIB
Investor antusias, penawaran yang masuk dalam lelang SBSN mencapai Rp 24 triliun


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sukses menarik investor. Berdasarkan keterangan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, dalam lelang SBSN, Selasa (22/1), penawaran yang masuk mencapai Rp 24 triliun.

Jumlah penawaran yang masuk tersebut lebih besar Rp 6,66 triliun dari jumlah penawaran yang masuk pada lelang SBSN dua pekan sebelumnya, yaitu senilai Rp 17,81 triliun.

Namun, nominal yang dimenangkan pemerintah lebih kecil, yakni dari Rp 8,65 triliun pada lelang dua pekan lalu menjadi Rp 7,64 triliun di lelang hari ini.

Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan, yield Indonesia yang atraktif menjadi daya tarik utama. "Trennya memang sedang masuk ke negara berkembang karena faktor normalisasi balance sheet Amerika Serikat (AS) dan bank sentral negara maju yang tidak naik sedrastis perkiraan orang," kata Satria, Selasa (22/1).

Dari kondisi likuiditas global, Satria melihat saat ini masih cukup banyak, sehingga tak heran arus modal masuk ke Indonesia melalui lelang obligasi. Pemerintah pun merespons dengan cukup baik karena memenangkan banyak lelang.

Satria mengamati, lelang yang terjadi di bulan ini cenderung mendapat penawaran yang lebih besar. Sebab, di akhir tahun lalu pemerintah membatalkan empat lelang sehingga membuat pasar menunggu cukup lama untuk mendapatkan obligasi di pasar primer.

Satria memperkirakan, arus modal yang masuk ke pasar obligasi domestik akan mengalir didukung penguatan rupiah. Kurs rupiah menguat karena dollar AS sedang melemah akibat AS melakukan normalisasi balanced sheet, kebijakan dovish The Fed, serta kemungkinan hasil positif negosiasi perdagangan AS dengan China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×