CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.880   0,00   0,00%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Investasi pakai uang utang itu salah, ini alasannya


Rabu, 10 Februari 2021 / 19:25 WIB
Investasi pakai uang utang itu salah, ini alasannya
ILUSTRASI. Suasana Dealing Room


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Subdirektorat Pengelolaan Portofolio SUN, Kementerian Keuangan Novi Puspita Wardani mengatakan, portofolio investasi memerlukan adanya diversifikasi.

Namun sebelum melakukan diversifikasi Novi menjelaskan perlu juga mengetahui apa dari tujuan dari diversifikasi tersebut. Diversifikasi dapat memiliki dua tujuan, pertama meminimalisir risiko dan kedua untuk memaksimalkan return atau benefit.

"Misal tujuan untuk yang meminimalisir resiko misal bitcoin bisa ditambahkan dengan government bond. Jadi kalau ditambahkan dengan government bond otomatis risiko dari total portofolionya jadi turun. Tujuan keduanya adalah bisa juga untuk memaksimalkan benefit kalau memang tujuanya untuk maksimalkan return ya bisa pilih misal saya harus menambahkan obligasi korporasi atau saya harus beli bond yang jangka panjang," jelas Novi dalam Diskusi Daring ORASI pada Rabu (10/2).

Investment Story Teller Felicia Putri Tjiasaka menambahkan, investasi dapat diibaratkan seperti jodoh. Artinya hanya orang itu saja yang tahu mana yang sesuai dengan dirinya dan sesuai dengan apa yang jadi kebutuhannya. "Investasi pakai uang utang itu salah, jangan sampai itu," kata Felicia.

Baca Juga: Siap jadi pesaing terberat Tesla di mobil listrik, Rivian berencana IPO tahun ini

Lebih lanjut Felicia menerangkan, jika seseorang memiliki impian jangka pendek maka dapat meletakkan investasi pada instrumen investasi yang memiliki risiko rendah.

"Misal mau nikah tahun depan, jangan taruh uang untuk nikah di saham, bisa taruh ke reksadana pasar uang, ORI bisa. Nah kalau semakin panjang impian misal 5 tahun lebih baru bisa ke yang berisiko saham, properti misalnya. Tapi kalau jangka menengah reksadana obligasi, obligasi negara juga bisa ORI, SR, SBR, ST, emas atau peer to peer landing," jelasnya.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×