kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Investasi Energi Hijau Masih Lesu, Ini Saham EBT yang Layak Dicermati


Selasa, 09 Januari 2024 / 09:05 WIB
Investasi Energi Hijau Masih Lesu, Ini Saham EBT yang Layak Dicermati
ILUSTRASI. Prospek saham EBT tergantung dari kebijakan dari masing-masing calon presiden.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Investasi berbasis energi hijau tampaknya masih belum mampu menarik minat investor. Investasi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia pada 2023 akan menjadi yang paling rendah dalam 6 tahun ke belakang. 

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sampai dengan November 2023, realisasi investasi Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) baru mencapai US$ 1,17 miliar atau 64,49% dari target yang senilai US$ 1,8 miliar.

Di sisi lain, sejumlah emiten tercatat cukup ekspansif melebarkan sayapnya di segmen EBT. Terbaru, ada PT United Tractors Tbk (UNTR) yang baru saja menyelesaikan akuisisi saham di perusahaan panas bumi, yakni Supreme Energy Sriwijaya. Anak usaha UNTR, yakni PT Energia Prima Nusantara ( EPN) telah menyelesaikan pembayaran dengan total nilai keseluruhan sebesar US$ 51,87 juta kepada Supreme Energy Sriwijaya

Dengan demikian, Energia Prima Nusantara telah menjadi pemegang saham di SES dengan kepemilikan sebanyak 984.127 saham baru atau setara dengan 49,6% dari total saham yang dikeluarkan oleh Supreme Energy Sriwijaya.

Baca Juga: PGEO Menyumbang Kredit Karbon dari Energi Bersih

Kemudian, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) melalui anak uahanya yakni PT Arkora Hydro Malili, menandatangani perjanjian jual beli tenaga listrik  (PJBTL) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Perjanjian ini terkait suplai listrik tenaga minihidro (PLTM) untuk menghasilkan total daya sebesar 10 megawatt (MW). Jangka waktu kontrak ini terhitung selama 25 tahun  dengan skema build own operate transfer (BOOT).

Tak mau kalah, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga terus menggeber ekspansinya di bisnis panas bumi. Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini baru saja mendapatkan pendanaan dari Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar US$155 juta. Dana tersebut diberikan untuk mengembangkan potensi energi baru dan terbarukan (EBT), panas bumi di Indonesia.

Pengembangan potensi panas bumi tersebut melalui ground breaking proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 di Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham dari Ajaib Sekuritas, Selasa (9/1): AMRT, PGEO, dan JSMR

Analis menilai prospek emiten berbasis EBT masih cukup menjanjikan. Analis Universal Broker Indonesia Abraham Michael Tamo menilai, target bauran EBT pada tahun 2025 sebesar 23% tampaknya dapat tercapai. Hal ini menjadi sentimen positif bagi saham emiten EBT, salah satunya PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

“Kami mengamati bahwa prospek bisnis BREN tetap cerah. Ekspansi bisnis terus diperluas melalui anak usahanya,” terang Michael kepada Kontan.co.id, Senin (8/1).

Asal tahu, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini baru saja mengumumkan akuisisi tiga aset pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) yang berlokasi di Sulsel, Sukabumi, dan Lombok. Pada 3 Januari 2023, BREN telah merampungkan akuisisi saham pembangkit Listrik tenaga bayu (PLTB) Lombok dan Sukabumi.  Akuisisi dilakukan lewat anak usaha BREN, PT Barito Wind Energy (BWE).

Menurut Michael, akuisisi tiga aset menambah daya tarik saham BREN. Tiga PLTB tersebut memperkuat bisnis grup Barito Renewables di bidang energi terbarukan, dengan potensi pembangkit listrik mencapai 320 megawatt MW. 

Lebih lanjut, Michael menyebut, rencana strategi BREN sejalan dengan target Kementerian ESDM. Potensi pemanfaatan EBT dapat mencapai 417,8 gigawatt (GW), dengan tenaga surya sebagai penyumbang energi tertinggi sebesar 207,8 GW.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham JSMR, JPFA, BBYB, dan HOKI dari RHB Sekuritas, Selasa (9/1)

Nafan Aji, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai, prospek saham EBT tergantung dari kebijakan dari masing-masing calon presiden. Pelaku pasar mencermati kebijakan energi dari masing-masing calon.

“Pelaku pasar melihat ketiga calon semuanya berkomitmen dalam menerapkan energi baru terbarukan, misal green economy,” terang Nafan kepada Kontan.co.id, Senin (8/1)

Prospek emiten EBT juga didukung oleh Upaya dekarbonisasi. Pemerintah telah menyepakati Perjanjian Paris (Paris Agreement). 

Nafan merekomendasikan akumulasi saham  BREN dengan target harga di Rp 8.400 dan  Rp 9.400 secara bertahap. Nafan juga menyematkan rekomendasi add saham PGEO dengan target harga Rp 1.480, add saham UNTR dengan target Rp 24.000, dan hold saham ARKO dengan target harga Rp 715 per saham.

Nafan juga merekomendasikan akumulasi saham PT Kencana Energy Lestari Tbk (KEEN) dengan target harga Rp 835.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham ANTM, ARTO, HRUM, INCO Untuk Hari Ini (9/1)

Sementara secara teknikal, Abraham masih memasang sikap wait and see terhadap saham BREN. Sebab, harga saham BREN telah dua kali mencapai harga tertinggi sepanjang masa alias all-time high (ATH) di level Rp 8.200 dan mengalami koreksi sekitar 15% dari harga tertingginya. “Kami memandang bahwa ini mungkin merupakan awal fase downtrend yang dihadapi oleh BREN,” terang Michael.

Candlestick bearish marubozu menandakan bahwa harga dalam beberapa pekan ke depan mungkin mengalami koreksi yang cukup dalam, dengan level support di Rp 6.800 dan resistance di Rp 7.775. Jika harga terus melemah hingga menembus level support, pola double top akan terkonfirmasi, dan penurunan lebih lanjut mungkin terjadi hingga ke Rp 6.125.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Arief Budiman merekomendasikan buy saham UNTR dengan target harga Rp 27.000 per saham. Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini memiliki neraca yang solid dengan posisi kas bersih sebesar Rp 28 triliun. Neraca yang  tambun ini diyakini akan mendukung akuisisi UNTR  di bisnis non-batubara dan energi terbarukan. Hal ini memberikan katalis  bagi saham UNTR.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×