Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencatatkan pendapatan prapenjualan alias marketing sales sebesar Rp 392 miliar untuk segmen properti di tahun 2023. Raihan itu naik 69% secara tahunan dari raihan di tahun 2022.
Jika dilihat dari jumlah lahan yang terjual, SSIA berhasil menjual 20,5 hektar yang berasal dari lahan di Karawang dan Subang. Raihan itu naik 64% secara tahunan, namun hanya setara 29,3% dari target SSIA tahun 2023 yang sebesar 70 hektar.
Dari segmen konstruksi, SSIA mencatatkan nilai kontrak baru sebanyak Rp 2,9 triliun pada tahun 2023. Raihan itu dicatatkan SSIA melalui emiten PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA). Jumlah ini naik 24% secara tahunan dan memenuhi target sebanyak 132%. SSIA semula menargetkan nilai kontrak baru di tahun 2023 sebesar Rp 2,2 triliun.
Dari segmen perhotelan, seluruh hotel SSIA mencatat kenaikan okupansi, dengan rincian sebagai berikut. Pertama, okupansi hotel Melia Bali sebesar 80%, naik 23 percentage point. Kedua, okupansi hotel Gran Melia Jakarta 56%, naik 10 percentage point.
Baca Juga: Marketing Sales Tahun Lalu SMRA di Bawah Ekspektasi, Simak Rekomendasi Sahamnya
Ketiga, okupansi hotel BATIQA Hotels sebesar 60%, naik 5 percentage point. Keempat, Umana Bali & LXR Hotels 21%, naik 6 percentage point. Hotel ini baru renovasi dan rebranding pada November 2023.
Investment Analyst Stockbit Arvin Lienardi mengatakan, peningkatan kinerja sektor konstruksi dan perhotelan berpotensi memberikan sentimen positif bagi pergerakan harga saham SSIA. Peningkatan kinerja di sektor konstruksi dan perhotelan diharapkan dapat mendongkrak pendapatan SSIA, mengingat kedua sektor tersebut menyumbang 86% pendapatan SSIA.
“Perlu diingat, per kuartal III 2023, SSIA masih mencatat rugi bersih sebesar Rp 24 miliar,” ujarnya dalam riset Stockbit Sekuritas terbaru.
Dari segmen properti, realisasi marketing sales SSIA selama 2023 masih jauh di bawah target. Namun, segmen properti tidak begitu signifikan, karena hanya berkontribusi sekitar 5,3% pada pendapatan SSIA.
Sementara itu, emiten sektor properti industrial lainnya, seperti DMAS dan KIJA, mencatatkan marketing sales yang lebih baik.
“DMAS berhasil mencapai target marketing sales mereka pada tahun 2023, sementara realisasi marketing sales KIJA telah mencapai 86% per kuartal III 2023,” tuturnya.
Tim Riset RHB Sekuritas melihat, SSIA mencatatkan penjualan lahan sebesar 23 hektar dengan total prapenjualan industri. Angka ini naik 84% secara tahunan. Sekitar 15 hektar di antaranya dibukukan pada kuartal IV 2023 untuk segmen pusat data.
Mayoritas penjualan masih berasal dari landbank Karawang seluas 70 hektar. Lahan ini masih memiliki waktu pengembangan 3-4 tahun ke depan.
Baca Juga: Suku Bunga BI Belum Turun, Begini Rekomendasi Saham BBNI dari Analis
Oleh karena itu, pembukaan lahan seluas 1.400 hektar di Subang saat ini menjadi hal yang sangat penting bagi SSIA. Jalan Tol Patimban juga menjadi kunci yang menghubungkan kawasan ini dengan pelabuhan terdekat.
“Namun, kami tetap mempertahankan sikap konservatif terhadap SSIA, dengan menargetkan hanya 25-30 hektar penjualan lahan pada tahun 2024-2025. Penjualan sebagian besar masih berasal dari cadangan lahan Karawang,” ujarnya dalam riset RHB Sekuritas tertanggal 17 Januari 2024.
SSIA juga diprediksi akan memiliki pendapatan berulang yang solid, khususnya dari bisnis perhotelan dengan brand Melia (Jakarta dan Bali), BATIQA (di delapan lokasi), dan Umana Bali.
“Ketiganya membukukan pemulihan pendapatan yang cepat, didukung oleh tingkat hunian yang lebih tinggi dan tarif kamar rata-rata pada tahun 2023,” ungkapnya.
Okupansi hotel yang baik itu ditambah dengan rata-rata tarif kamar yang lebih tinggi sekitar 20% dibandingkan dengan angka pada tahun 2022.
Tim Riset RHB Sekuritas memperkirakan unit hotel akan membukukan pendapatan di tahun 2023 dan 2024 masing-masing sebesar Rp 897 miliar dan Rp 906 miliar. Masing-masing naik 53% dan 1% secara tahunan
“Keduanya juga memberikan kontribusi masing-masing sebesar 23% dan 22% terhadap total pendapatan dari 8% pada tahun 2021 dan 16% pada tahun 2022,” paparnya.
Lahan SSIA di Subang dapat menjadi penerima manfaat jika akses jalan sudah selesai. Sebab, Subang lebih dekat dengan Jakarta jika dibandingkan dengan lahan industri di Gresik dan Batang.
Lalu, biaya tenaga kerja di Subang yang lebih murah, dan ketersediaan lahan yang luas. Namun, ketidakpastian pasar di tahun ini tetap menjadi masalah utama investasi.
“Rencana ambisius untuk menggandakan lahan yang tersedia di Subang saat ini menjadi seluas 2.700 hektar akan membuat penilaian menjadi lebih menarik,” ungkapnya.
Tim Riset RHB Sekuritas pun memberikan rekomendasi netral untuk SSIA dengan target harga Rp 402 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News