Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Batubara menjadi salah satu komoditas yang harganya solid sepanjang tahun ini. Harga batubara di ICE Newcastle untuk kontrak perdagangan Oktober 2022 ditutup di level US$ 440.90 per ton pada perdagangan Jumat (2/9)
Analis Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo memperkirakan, prospek harga batubara masih baik di sisa tahun ini. Proyeksi ini mengingat permintaan yang tinggi, tidak hanya datang dari negara-negara Eropa, tetapi juga dari China di tengah cuaca panas yang sedang terjadi.
Untuk harga rata-rata batubara tahun ini, Axel memperkirakan akan berada di kisaran US$ 250 per ton -US$ 275 per ton. Tingginya harga batubara acuan Newcastle tentu saja akan menjaga ASP emiten batubara tetap tinggi, terutama yang memiliki batubara dengan nilai kalori tinggi.
Selain dari faktor permintaan, harga batubara juga dapat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah serta realisasi volume produksi oleh negara-negara eksportir batubara seperti Indonesia dan Australia.
Senada, Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan mengatakan, sentimen di sektor batubara datang dari cuaca panas di India dan China. Ditambah, adanya embargo batubara Rusia sehingga akan terjadi supply yang ketat.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham yang Menarik Dilirik dari Sejumlah Analis Hari ini (5/9)
“Menurut kami harga batubara akan tetap tinggi dengan harga rata-rata Newcastle US$ 300 per ton. Tentu akan mendukung harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) emiten batubara,” terang Andreas.
Di sisi lain, emiten di sektor ini harus menghadapi kenaikan tarif royalti. Menurut Axel, kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif royalti batu bara dapat menggerus laba bersih sekitar 2%-3%. Sebagai catatan, aturan ini ditujukan untuk pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) saja.
Dari emiten batubara yang berada dalam cakupan Sinarmas Sekuritas, aturan ini akan paling berdampak pada PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai pemegang IUP untuk tambang-tambang yang berada di wilayah konsesi mereka.
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) justru hampir tidak terpengaruh karena kebanyakan tambang mereka memiliki izin perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B).
Axel merekomendasikan saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan target harga Rp 3.800. ADRO dinilai atraktif karena memiliki diversifikasi portfolio batubara yang baik. ADRO tidak hanya memiliki batubara thermal saja, tetapi juga batubara metalurgi sebagai sumber penghasilan yang baru di tengah isu ESG yang semakin kuat.
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan mempertahankan rekomendasi buy saham PTBA dengan target harga yang lebih tinggi, yakni Rp4.900 dari sebelumnya Rp4.600.
Saham PTBA dinilai atraktif karena emiten pelat merah ini akan menjadi penerima manfaat utama dari konversi kebijakan domestic market obligation (DMO) ke Badan Layanan Umum (BLU). PTBA akan diuntungkan dari pembentukan BLU mengingat sebagian besar volume penjualannya ditujukan ke pasar domestik.
Ke depan, Hasan meyakini pasokan batubara global akan tetap ketat pada 2023.
“Dengan demikian kami meningkatkan perkiraan ASP Bukit Asam tahun 2023 sebesar 13,3% menjadi US$ 170 per ton. Revisi ini mendorong kenaikan estimasi laba PTBA di 2023 sekitar 14,3%,” tulis Hasan dalam riset, Selasa (30/8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News