Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja IDX High Dividend 20 tercatat masih minus sejak awal tahun 2024. Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja indeks ini secara year to date (ytd) masih turun 5,04%.
Sejumlah kinerja emiten konstituennya juga mengalami koreksi. Penurunan paling dalam dialami PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang terkoreksi 37,34% ytd.
Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) terkoreksi 20,23% ytd. Disusul, PT Astra International Tbk (ASII) turun 20,18% ytd, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) turun 19,49%. Lalu, ada PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun 17,85%.
Dua perbankan big four juga terpantau tengah terkoreksi kinerjanya sejak awal tahun. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 15,46% dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terkoreksi 9,4%.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy melihat, penyebab penurunan saham para emiten di indeks ini disebabkan oleh musim bayar dividen yang sudah lewat.
Baca Juga: Dibuka Menghijau, IHSG Reli ke 7.338,12 Jumat (12/7) Pagi Saat Bursa Regional Beragam
Pada saat yang sama, imbal hasil IHSG secara ytd juga masih landai, walaupun trennya saat ini sudah mulai kembali positif. Kinerja IHSG naik 0,38% secara ytd.
“Penurunan harga saham konstituen IDX High Dividend 20 yang memerah karena harga komoditas atau volume penjualannya turun. Untuk sektor perbankan, rasio non performing loan (NPL) naik dan masih dilego investor asing,” katanya kepada Kontan, Kamis (11/7).
Prospek ke depan kinerja para emiten konstituen IDX High Dividend 20 tersebut bergantung pada kinerja keuangan mereka di semester II.
“Sentimen jangka pendeknya adalah laporan keuangan semester I yang akan keluar dalam tiga minggu ini,” paparnya.
Selain itu, jika IHSG kembali naik dan aliran dana asing kembali masuk ke Tanah Air, kinerja saham para emiten dan IDX High Dividend 20 juga akan terapresiasi.
“Pasti (naik). Jika asing masuk, mereka akan membeli saham berkapitalisasi pasar besar,” ungkapnya.
Budi mengatakan, saat ini masih banyak saham yang harganya masih rendah dan bisa dilirik oleh investor. Yaitu, ASII, BBRI, BBNI, ADRO, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
“ADRO dan ITMG juga menarik, karena dividend yield mereka besar dan valuasi yang juga rendah,” katanya.
Head Customer Literation and Education PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi melihat, konstituen dalam IDX High Dividend 20 yang sahamnya merah terdampak sentimen kinerja masing-masing emiten. Mereka juga terkena langsung dampak dari perubahan ekonomi makro serta kebijakan moneter.
“Sehingga, investor cenderung melakukan perpindahan investasi dari emiten-emiten tersebut,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (11/7).
Audi mencontohkan, SMGR mencatatkan perlambatan laba bersih sebesar -15,99% secara tahunan, sehingga berdampak pada harga saham turun 37,34% ytd. Hal serupa terjadi juga kepada ANTM, ITMG dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
“Sedangkan, yang terpengaruh sentimen pengetatan kebijakan moneter dan perubahan ekonomi makro, yakni ASII yang harga sahamnya turun 20,18% ytd dan UNVR 17,85% ytd,” ungkapnya.
Di semester II 2024, dengan potensi terjadinya normalisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan pelonggaran kebijakan moneter, akan menjadi pendorong kinerja para konstituen dalam IDX High Dividend 20.
“Pada akhirnya, potensi pertumbuhan laba masih dapat terjadi dan kembali meningkatkan nilai pembagian dividen,” paparnya.
Sektor Keuangan, Energi, dan Telekomunikasi dilihat masih menarik untuk dikoleksi dengan peluang penguatan kinerja yang akan mendorong peningkatan nilai dividen.
Audi pun merekomendasikan beli untuk BMRI, BBRI, BBCA, ASII, dan TLKM dengan target harga masing-masing Rp 6.900 per saham, Rp 5.500 per saham, Rp 10.600 per saham, Rp 5.400 per saham, dan Rp 3.750 per saham.
Sementara, dia juga memberikan rekomendasi hold untuk saham ADRO dan PTBA dengan target harga masing-masing Rp 2.880 per saham dan Rp 3.010 per saham.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan melihat, ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan mengapa kinerja IDX High Dividend 20 melemah. Pertama, bagi investor shorterm atau trader, minat mereka untuk memanfaatkan momentum dividen atau berburu saham dividen akan dilakukan menjelang pembagian dividen.
“Sehingga, ketika pembagian dividen telah selesai, permintaan dari trader terhadap saham dengan dividen tinggi akan turun,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (11/7).
Kedua, performa konstituen IDX High Dividend 20 di kuartal I 2024 mengalami penurunan performa laba secara tahunan, seperti TLKM, ASII, SMGR, ICBP, INDF.
“Hal ini tentu menjadi sentimen negatif, karena performa laba sangat mempengaruhi besaran dividen yang akan di dapat,” paparnya.
Baca Juga: Cek Rekomendasi MNC Sekuritas untuk Saham AUTO, HRTA, KLBF, dan ULTJ Jumat (12/7)
Ketiga, dampak aliran dana asing yang keluar dari sejumlah saham konstituen IDX High Dividend 20. BBRI, ASII, TLKM, BBNI, dan KLBF tercatat masuk menjadi 10 besar saham yang dilepas asing sejak awal tahun.
Di sisi lain, kinerja saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) naik 82,86% ytd. Disusul PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) naik 20,17% ytd, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 7,18% ytd, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 5,79% ytd, dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 4,51% ytd.
“Saham konstituen IDX High Dividend 20 yang masuk 10 besar saham yang dibeli asing tercatat menjadi kontributor penopang terbesar terhadap kinerja indeks, seperti TPIA, BBCA, dan ADRO,” ungkapnya.
Di semester II 2024, kinerja IDX High Dividend 20 masih akan dipengaruhi oleh sentimen pasar dan aktivitas transaksi investor asing.
Alfred memproyeksikan, di semester II 2024, kinerja IDX High Dividend 20 akan bergerak menguat seiring dengan pergerakan IHSG.
Di sisi lain, ekspektasi dimulainya penurunan suku bunga bank sentral juga masih akan menjadi sentimen kuat yang mempengaruhi aktivitas investor asing.
“Sentimen penurunan suku bunga terhadap saham high dividen akan lebih kuat, sebab penurunan tingkat suku bunga akan meningkatkan minat pasar terhadap saham-saham high dividen,” paparnya.
Alfred pun melihat, saham-saham perbankan, seperti BBRI, BMRI, dan BBNI masih punya prospek kenaikan hingga akhir tahun 2024. Hal itu didorong oleh masih kuatnya performa mereka ke depan, sehingga masih akan menjadi sentimen kuat bagi apresiasi harga sahamnya.
Begitu juga konstituen yang memiliki rekam jejak pembayaran dividen dengan rasio di atas 50% yang konsisten, seperti TLKM, ADRO, SMGR, dan ASII.
“Penurunan suku bunga akan membuat tingkat imbal hasil dividen yang diberikan oleh saham-saham tersebut menjadi lebih menarik,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News