Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Low Tuck Kwong kini menduduki singgasana orang terkaya di Indonesia. Merujuk data Forbes Real Time Billionaires, taipan kelahiran Singapura ini menggusur duo bos Djarum, Hartono bersaudara.
Menurut data Forbes, Low Tuck Kwong memiliki kekayaan US$ 25,2 miliar atau sekitar Rp 378 triliun. Pundi-pundi cuan Low terutama digali dari bisnis batubara yang dikeruk oleh PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Tak hanya kekayaan Low, harga saham dan kapitalisasi pasar (market caps) BYAN juga meroket. BYAN kini menjadi emiten dengan market caps terbesar ketiga di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan nilai Rp 619,17 triliun.
Posisi itu berdasarkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jum'at (23/12). Mengawali pekan ini, Senin (26/12), harga saham BYAN tak terbendung dengan laju kenaikan 10,77%. Membawa harga BYAN ke level tertinggi di penutupan harga Rp 20.575 per saham.
Baca Juga: Fakta, Orang Terkaya RI Low Tuck Kwong Tak Menghargai Saham BYAN Setinggi Harga Pasar
Penguatan harga kemarin mengakumulasi lonjakan saham BYAN yang bergerak naik 662,04% secara year to date. Low pun getol memborong saham emiten yang dipimpinnya tersebut.
Terbaru, dalam keterbukaan informasi Senin (26/12), Low melaporkan sudah membeli 387.900 saham BYAN pada periode transaksi 19-23 Desember 2022. Harga pembelian sebesar Rp 16.983,76 per saham.
Status kepemilikan secara langsung dengan tujuan sebagai investasi. Dengan transaksi tersebut, saham Low di BYAN bertambah dari 20.312.387.470 saham menjadi 20.312.775.370 saham atau setara dengan 60,94%.
Baca Juga: Low Tuck Kwong Makin Kaya, Saham BYAN Capai All Time High Lagi
Adapun, harga saham BYAN kini terjangkau setelah melakukan aksi korporasi pemecahan nilai nominal saham (stock split) dengan rasio 1:10 pada awal Desember 2022. Aksi ini menanggalkan posisi BYAN di jajaran saham termahal BEI sebelum aksi stock split.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani menyoroti, pergerakan harga saham BYAN melaju makin kencang setelah stock split. Menurut Arjun, harga BYAN sebelum stock split yang menyentuh Rp 94.000-an per saham kurang diminati investor. Setelah stock split, harga jauh lebih terjangkau.
"Menurut saya stock split ini menarik untuk investor karena saham yang awalnya kelihatan terlalu mahal untuk dibeli sekarang lebih terjangkau," kata Arjun kepada Kontan.co.id, Senin (26/12).
Baca Juga: Profil Dato Dr Low Tuck Kwong, Pemecah Rekor Orang Terkaya Indonesia 2022
Stock split dilakukan untuk meningkat likuiditas saham emiten. Arjun menilai, aksi korporasi ini digelar pada momentum yang masih tepat, saat harga batubara masih uptrend. Apalagi BYAN juga punya fundamental yang kuat.
Selain itu, Arjun memandang aksi beli yang sering dilakukan Low Tuck Kwong membawa angin segar bagi saham BYAN. Aksi Low menjadi sentimen yang direspons positif oleh pasar, memberikan sinyal bahwa si pemilik optimistis terhadap prospek cerah emitennya.
Meski sudah melaju kencang, Arjun menghitung valuasi saham BYAN masih undervalued dibandingkan rata-rata industri di sektor energi. Dengan perhitungan harga penutupan akhir pekan lalu (23/12), price to earning ratio (PER) BYAN sebesar 18,87x, masih di bawah rata-rata industrinya dengan PER 30,26x.
"Bagi investor baru yang mau masuk masih direkomendasikan untuk buy karena jika dilihat secara teknikal masih dalam grafik strong uptrend," saran Arjun.
Baca Juga: Bayan (BYAN) Melesat, Gojek Tokopedia (GOTO) Tersingkir dari Top 10 Market Cap
Sedangkan bagi investor yang sudah memegang BYAN, bisa dipertimbangkan untuk hold. Melihat penutupan harga kemarin, Arjun menyarankan untuk mencermati support di Rp 18.000 dan resistance pada harga Rp 21.700.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta mengungkapkan bahwa target harga BYAN yang diperkirakan sebelumnya sudah tertembus. Yakni di level Rp 20.000 per saham.
Nafan bilang, investor bisa mempertimbangkan untuk terlebih dulu merealisasikan cuan (taking profit). Apalagi ketika indikator Relative Strength Index (RSI) mulai menunjukkan bearish divergence pada area overbought.
Baca Juga: Peta Kapitalisasi Pasar Terbesar Berubah
MYOH dan VOKS
Low Tuck Kwong tak hanya menggenggam BYAN. Low juga tercatat mengantongi saham emiten lainnya, meski tidak secara mayoritas. Merujuk RTI Business, Low juga mengempit saham PT Samindo Resources Tbk (MYOH) dan PT Voksel Electric Tbk (VOKS).
MYOH merupakan emiten jasa tambang batubara. Sedangkan VOKS emiten yang bergelut di bisnis kabel. Low tercatat memegang 14,18% saham MYOH, dan 7,93% saham VOKS.
Hanya saja, saham MYOH dan VOKS tidak secuan saham BYAN. Gerak MYOH masih terbatas di zona merah dengan penurunan 9,14% sejak awal tahun 2022. Saham MYOH kini di posisi Rp 1.590 usai ditutup 0,62% pada perdagangan kemarin.
Nasib VOKS lebih merana. Secara year to date, saham VOKS terlilit di zona merah dengan penurunan 22,22%. Kemarin, harga saham VOKS ambles 1,41% ke harga Rp 140 per saham.
Baca Juga: Samindo Resources (MYOH) Bidik Perpanjangan Kontrak dengan Kideco Jaya Agung
Secara fundamental, Arjun melihat MYOH dan VOKS kurang solid. VOKS masih mengalami kerugian, sedangkan MYOH mencatatkan penurunan laba bersih cukup drastis. "Menimbang itu, investor diprediksi kurang melirik saham ini sehingga kurang likuid ditransaksikan," tegas Arjun.
Nafan punya pandangan serupa. Menurutnya, saham MYOH dan VOKS tidak likuid. Nafan pun tidak memberikan rekomendasi untuk keduanya. Namun untuk support-resistance, bisa dicermati pada Rp 133 per saham-Rp 145 per saham untuk VOKS dan Rp 1.560 per saham-Rp 1.645 per saham untuk saham MYOH.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News