Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah sedang mengkaji pungutan pajak ekspor progresif untuk sejumlah produk nikel dengan kadar rendah, yakni nikel pig iron dan feronikel. Wacana ini digulirkan dalam rangka mengurangi ekspor nikel berkadar rendah dan mendorong industri hilirisasi nikel dalam negeri yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
Namun, sampai dengan saat ini belum muncul aturan lebih rinci bagaimana gambaran pungutan ekspor ini nantinya.
Rencana tersebut berpotensi menimbulkan dampak secara langsung kepada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Saat ini ANTM memiliki pabrik feronikel dengan kapasitas produksi sebesar 27.000 ton per tahun, dan satu smelter feronikel baru dengan kapasitas 13.500 ton per tahun yang diperkirakan dapat beroperasi pada paruh kedua 2022.
Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya mengatakan, pajak progresif yang akan dikenakan masih tergolong wajar. Di mana hal tersebut juga terjadi pada komoditas lainnya seperti emas dan minyak sawit mentah (CPO). Semakin tinggi nilai suatu komoditas, maka semakin tinggi biaya yang dikenakan.
Baca Juga: Inilah Daftar Saham BUMN yang Layak Dikoleksi Tahun 2022
Timothy pun menilai, potensi dikenakannya pungutan progresif terhadap nikel akan berdampak minim bagi emiten pelat merah tersebut.
Proyeksi ini diambil dengan melihat potensi pungutan progresif yang berada di kisaran 2%-5%, yang akan menurunkan net profit margin (NPM) Aneka Tambang sebesar 0,3-0,6%. Ini membawa estimasi NPM Antam pada tahun 2022 pada level 8,6%-8,2%.
“Minimnya dampak dari pungutan ekspor tersebut didorong oleh harga nikel global yang telah menembus level tertinggi dalam 11 tahun terakhir di kisaran US$ 22.550 per ton atau naik 25,2% secara year-on-year (YoY),” tulis Timothy dalam riset yang dikutip Kontan.co.id, Rabu (19/1).
Di sisi lain, gagalnya akuisisi Streetscooter, perusahaan otomotif milik grup DHL Jerman, oleh Indonesia Battery Corporation (IBC), tidak terlalu berdampak bagi ANTM secara signifikan. Diketahui, Antam memegang 25% saham dari IBC.
Lantaran, IBC masih memiliki berbagai proyek yang lebih besar dan signifikan seperti proyek Titan dengan LG Energy dan proyek Dragon dengan CATL dari China yang sedang dalam tahap feasibility study (FS).
Selain itu, ANTM bertanggung jawab di sisi hulu dari ekosistem mobil listrik. Dan Streetscooter merupakan sisi hilir yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap kinerja ANTM secara operasional.
Panin Sekuritas pun masih mempertahankan outlook positif untuk ANTM, yang didukung oleh sejumlah faktor. Pertama, peningkatan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) seiring dengan peningkatan harga base metals.
Kedua, posisi neraca ANTM yang solid dengan posisi kas yang meningkat. Ketiga, posisi strategis ANTM di dalam IBC sebagai penyedia nikel di sektor hulu.
“Dengan demikian kami masih merekomendasikan beli untuk ANTM dengan mempertahankan target harga di Rp 3.300,” pungkas Timothy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News