Reporter: Rashif Usman | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten minuman beralkohol diperkirakan tetap solid memasuki momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025. Ini seiring lonjakan permintaan musiman yang biasanya meningkat tajam pada kuartal IV tahun ini.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Abida Massi Armand menuturkan indikator makro ekonomi menunjukkan penguatan Indeks Penjualan Riil (IPR) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang diprediksi tumbuh 5,9% pada November 2025 menjelang perayaan akhir tahun. Indikator tersebut mengindikasikan lonjakan belanja diskresioner yang akan mengalir ke permintaan produk minuman alkohol.
Selain itu, stabilitas regulasi cukai minuman alkohol untuk tahun 2026 yang dijamin oleh Bea Cukai memberikan kepastian biaya operasional, yang memungkinkan emiten mempertahankan margin keuntungan yang solid dari lonjakan volume penjualan Nataru.
Baca Juga: Wujudkan Perusahaan Pangan Terintegrasi, SKB Food (RAFI) Beberkan Strategis di 2026
Abida menyoroti dua saham yang patut diperhatikan yakni PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dan PT Delta Djakarta Tbk (DLTA). Keduanya dinilai unggul berkat dominasi pasar, jaringan distribusi yang kuat, serta potensi operating leverage dari kenaikan permintaan Nataru.
Secara rinci, Abida menerangkan MLBI memiliki kinerja fundamental solid dengan pricing power premium.
"Ditambah katalis jangka pendek berupa masuknya saham MLBI ke indeks FTSE Russell micro cap per September 2025berpotensi menarik aliran dana pasif dan menambah likuiditas," kata Abida kepada Kontan, Kamis (11/12/2025)
Sementara itu, DLTA dianggap menarik dari sisi valuasi, karena diperdagangkan pada rasio Price-to-Book (P/B) yang lebih rendah 2,10 kali per kuartal III-2025 dibandingkan MLBI yang berada di 9,17 kali.
"Hal ini menjadikan DLTA sebagai saham bernilai menarik dengan peluang pemulihan laba yang besar pada kuartal IV setelah sebelumnya bergerak stagnan," tambah Abida.
Secara terpisah, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan menjelang libur Natal dan Tahun Baru 2025, emiten minuman beralkohol umumnya menikmati dorongan musiman yang kuat.
Permintaan biasanya meningkat baik di kanal penjualan langsung seperti hotel, restoran, bar, dan beach club, maupun di kanal ritel modern, toko khusus, hingga penjualan hampers.
Baca Juga: Gandeng Naoyoshi, Lovina Beach (STRK) Siap Buka Pasar Minuman Premium di Jepang
"Ini mendorong volume dan penjualan kuartal IV untuk tumbuh lebih tinggi," ujar Liza kepada Kontan, Kamis (11/12/2025).
Liza menuturkan saham WINE layak diperhatikan menjelang periode libur Nataru. Pasalnya, valuasi WINE terbilang lebih murah dibanding rata-rata sektor, dengan rasio Price-to-Earnings Ratio (PE) di 13,55 kali dan Price to Book Value (PBV) di 1,65 kali, lebih rendah dari emiten di sektornya yang berada pada PE 14,17 kali dan PBV 2,61 kali.
Selain itu, Liza menjelaskan margin WINE juga menunjukkan proses pemulihan setelah sebelumnya tertekan oleh tingginya biaya bahan baku dan biaya penyimpanan.
Rencana perluasan distribusi ke Jakarta, Surabaya, dan sejumlah kota besar lainnya, serta peluncuran produk baru dan penurunan beban utang berbunga, dinilai menjadi penopang tambahan bagi prospek kinerja WINE.
Rekomendasi Saham
Dengan mempertimbangkan sejumlah faktor tersebut, Liza memberikan rekomendasi beli untuk WINE dengan target harga Rp 230 per saham dalam 12 bulan ke depan.
Ia menyebutkan pendorong jangka pendek berasal dari momentum libur Nataru, sementara katalis jangka menengah berpotensi datang dari normalisasi margin. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa risiko tetap ada, terutama terkait regulasi alkohol, perubahan arus wisata ke Bali, serta fluktuasi biaya bahan baku.
Baca Juga: Antisipasi Penerapan Cukai Minuman Berpemanis, Begini Strategi Sido Muncul (SIDO)
Di sisi lain, Abida merekomendasikan beli MLBI dengan target harga sekitar Rp 6.400 per saham, didukung fundamental kuat, pangsa pasar dominan, dan potensi re-rating seiring ekspektasi dividen serta sentimen indeks.
Selain itu, ia turut merekomendasikan pembelian saham DLTA dengan target harga sekitar Rp 2.500 per saham. Rekomendasi ini didukung oleh valuasi yang masih tergolong murah serta potensi pemulihan volume penjualan pada kuartal IV yang dinilai cukup kuat untuk mendorong kenaikan harga saham.
Selanjutnya: Industri Properti 2026 Diprediksi Masih Penuh Tantangan, Ini Catatan REI
Menarik Dibaca: 6 Manfaat Tinted Lip Balm Bukan Sekadar Pelembab Bibir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













