Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Rupiah melandai pekan ini. Kurs tengah dollar AS di Bank Indonesia (BI), Kamis (25/10), senilai Rp 9.614, menguat sebesar 0,01% dari awal pekan. Di pasar spot, USD/IDR menguat 0,12% menjadi 9.617. Kebutuhan dollar AS yang tinggi menjelang akhir bulan merupakan perintang utama rupiah.
Analis Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, menuturkan, pengusaha membutuhkan dollar AS untuk melunasi utang luar negeri serta membayar dividen ke investor asing. Walaupun melemah, Kiswoyo menilai, nasib rupiah belum mengkhawatirkan. Ia optimistis, BI menjaga kurs dollar AS tidak menyentuh Rp 9.700. Dalam perdagangan Kamis, ia menyebut, terlihat intervensi BI untuk menahan agar nilai tukar rupiah tidak terperosok lebih dalam.
Analis Divisi Tresuri BNI, Klara Pramesti, menambahkan, faktor eksternal, yaitu dari Eropa, ikut melemahkan rupiah. Hingga saat ini, Pemerintah Spanyol belum mengajukan permohonan bailout ke Bank Sentral Eropa (ECB), untuk mengatasi permasalahan utang. Memang, sudah ada indikasi ke arah itu. Akibatnya, rupiah kembali menguat.
Klara pun yakin, BI masih akan mengintervensi untuk menggenjot penerimaan negara dari ekspor. Meski begitu, BI selalu mengawal rupiah agar jangan sampai melemah ke 9.700.
Kedua analis ini sepakat dalam sepekan mendatang, rupiah bisa bangkit. Sentimen positif bisa datang dari data ekonomi terbaru Indonesia, yang diumumkan awal November. Ekspektasi pasar saat ini, angka yang muncul akan positif.
Langkah BI yang tetap mengawal volatilitas rupiah juga menahan rupiah agar tidak terjun bebas. Walau, permintaan dollar AS besar, tapi rupiah tidak akan jatuh dalam. "Indikasi bailout kepada Yunani dan Spanyol kemungkinan besar masih akan menjadi perhatian pasar," papar Klara.
Klara memproyeksikan, USD/IDR berkisar 9.550-9.630, pekan depan. Prediksi Kiswoyo USD/IDR antara 9.550 - 9.675.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News