kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

INTA berharap sengat bisnis listrik


Sabtu, 09 September 2017 / 10:45 WIB
INTA berharap sengat bisnis listrik


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - PT Intraco Penta Tbk (INTA) menggenjot bisnis proyek pembangkit listrik. Kini, INTA tengah fokus menggarap PLTU Bengkulu dengan kapasitas 2x100 megawatt (MW).

Investor Relations Strategist INTA Ferdinand Dion mengungkapkan, hingga Juli lalu, pembangunan PLTU Bengkulu baru mencapai 5%. Di empat bulan terakhir 2017 ini, INTA optimistis bisa menggenjot pembangunan hingga 20%.

"Sudah cut and field, sudah bersih dan rata. Dulu kan masih seperti hutan. Targetnya 20% di akhir tahun ini, mudah-mudahan tidak meleset," papar dia kepada KONTAN, Kamis (7/9).

Sebagai informasi, PLTU Bengkulu dibangun dengan nilai proyek mencapai US$ 360 juta, atau setara dengan Rp 4,79 triliun. INTA, melalui anak usaha PT Inta Sarana Infrastruktur (INSA) dan PT Inti Daya Perkasa (INDA), menaruh kepemilikan sebesar 30% atas PLTU tersebut.

Proyek PLTU Bengkulu berjalan di bawah perusahaan patungan INTA dan Sinohydro Hong Kong, yakni PT Tenaga Listrik Bengkulu. Targetnya, periode konstruksi memakan waktu hingga tiga tahun dengan kontrak bangun atau build operate transfer (BOT) 25 tahun.

Ferdinand berharap PLTU Bengkulu dapat beroperasi (COD) pada Februari 2020 mendatang.Kelak, INTA berpotensi mendapatkan guaranteed recurring revenues selama 25 tahun sebesar US$ 2,46 miliar, sesuai porsi kepemilikan di PLTU Bengkulu.

Tahun ini, INTA juga sudah mulai meraup pendapatan bisnis setrum yang berasal dari PLTU Batam. Ia mengatakan, potensi pendapatan dari PLTU berkapasitas 2x55 MW itu akan mulai stabil pada Semester II-2017.

Proyek ini dikelola oleh TJK Power, anak usaha dari PT Petra Unggul Sejahtera. Pada 28 Agustus lalu, INTA mengambilalih 68.124 saham Petra Unggul dengan nilai sekitar Rp 68,12 miliar. Nilai itu setara dengan 30% saham Petra Unggul.

Pembangkit listrik yang sudah bisa diambil penghasilannya tersebut berlokasi di Batam. "Desember ini kontribusinya baru sedikit, baru akan full pada tahun depan," ujar Ferdinand.

Tak hanya itu, INTA juga tengah mencari peluang proyek setrum baru. INTA sedang mengikuti tender pembangkit listrik untuk menambah portofolio. "Ada yang kami ikuti, tapi kami belum bisa bilang di mana dan seberapa besar, tergantung PLN," jelasnya.

Sepanjang tahun ini, INTA berharap bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan 20%. Di 2016 lalu, INTA mengantongi pendapatan Rp 1,51 triliun tumbuh 14,39% ketimbang pendapatan 2015 yang tercatat Rp 1,32 triliun.

Jumat (8/9) lalu, harga saham INTA turun 0,76% menjadi Rp 262 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×