kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah strategi investasi saat pasar tertekan


Senin, 30 April 2018 / 07:50 WIB
Inilah strategi investasi saat pasar tertekan


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mungkin cukup banyak investor di pasar modal Indonesia yang portofolionya belakangan ini dipenuhi warna merah. Tekanan di pasar modal Indonesia memang masih cukup kuat. Sampai saat ini, belum terlihat tanda pasar akan pulih.

Sejak awal tahun hingga Jumat akhir pekan lalu (27/4), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah melemah 6,87% ke level 5.919,24. Sehari sebelumnya, IHSG sempat mendarat di 5.909,20.

Di saat yang sama, Indonesia Composite Bond Index juga turun 0,69% jadi 241,40. Adapun kurs spot rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terkoreksi 2,49% ke posisi Rp 13.893 Jumat lalu.

Lalu, bagaimana sebaiknyainvestor menyikapi tekanan di pasar modal ini? Direktur Sinarmas Asset Management Jamial Salim mengatakan, investor sebaiknya tidak buru-buru keluar dari pasar kendati volatilitas tengah meningkat.

Jamial menilai koreksi saat ini lebih disebabkan sentimen negatif percepatan pertumbuhan ekonomi AS, yang berujung pada melemahnya rupiah. Selain itu, ekonomi Indonesia diyakini masih tumbuh lebih dari 5%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam yang diperkirakan tumbuh 3% tahun ini. “Lambat laun dana investor akan masuk kembali ke Indonesia,” kata dia, Minggu (29/4).

Direktur Utama Indopremier Investment Management Diah Sofianti menambahkan, investor sebaiknya kembali mempelajari isi portofolio dan tujuan investasinya. Investor juga idealnya menjadikan data fundamental ketika membuat keputusan investasi.

Peluang suku bunga

Managing Director, Head Sales & Marketing Henan Putihrai Asset Management Markam Halim menilai, dalam kondisi seperti sekarang, investor bisa melakukan investasi secara bertahap. Strategi ini terutama cocok bagi investor bertipe agresif dengan horizon investasi jangka panjang. “Investor dapat membeli saham di harga yang murah dan jumlah yang lebih banyak,” ujar dia, Jumat (27/4).

Senada, Jamial menilai bahwa berinvestasi secara bertahap merupakan upaya yang cukup realistis. Menurut dia, strategi tersebut akan lebih optimal ketimbang investor yang menunggu masuk ke pasar ketiga harga dalam posisi yang dianggap terbaik.

Sementara untuk investor yang bertipe moderat dan konservatif, memperbanyak porsi investasi pada instrumen berbasis obligasi dan pasar uang dapat menjadi solusi ketika pasar tengah tertekan. Jamial menilai upaya tersebut dapat dilakukan mengingat adanya kemungkinan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

Diah bilang, investor konservatif yang tidak memiliki kebutuhan investasi jangka panjang tidak perlu melakukan apapun ketika pasar tengah bergejolak. Mengingat dalam jangka panjang, pasar modal dalam negeri akan kembali menggeliat dan pulih. “Tapi jika berani dan mampu melihat peluang di pasar saham, investor konservatif dapat melakukan akumulasi di produk berbasis saham secara bertahap,” terang dia.

Perencana keuangan dari Finansial Consulting Eko Endarto bilang, investor juga bisa memanfaatkan instrumen investasi alternatif, seperti emas, sebagai langkah diversifikasi portofolio jika merasa tidak nyaman dengan volatilitas di pasar keuangan.

Sedang menurut Jamial, investor dapat berinvestasi pada instrumen yang tidak terlalu terpapar risiko pelemahan rupiah, seperti reksadana berdenominasi dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×