Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tak hanya perusahaan milik negara, banyak emiten swasta yang juga berencana melakukan aksi membeli saham perusahaan alias buyback mulai bulan Maret ini.
Langkah ini menyusul kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni membolehkan emiten dengan valuasi saham terendah saat ini untuk melakukan pembelian kembali saham atau buyback tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran OJK Nomor 3/SOJK/04.2020 tanggal 9 Maret 2020 lalu.
Dirangkum dari keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, inilah daftar emiten swasta yang akan buy back sahamnya mulai bulan Maret 2020:
1. PT Barito Pacific Tbk (BRPT)
Perusahaan milik taipan Prajogo Pangestu ini mengalokasikan dana senilai Rp 1 triliun untuk buyback sahamnya di tengah kondisi pasar saat ini.
Buyback dilakukan bertahap terhitung sejak 13 Maret 2020 sampai 13 Juni 2020. Barito Pacific menunjuk PT Henan Putihrai untuk melakukan buyback saham BRPT.
2. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
MEDC bakal melakukan pembelian kembali (buyback) sahamnya. Atas aksi korporasi ini Medco menyiapkan dana US$ 3 juta.
Perusahaan yang dirintis oleh taipan Arifin Panigoro ini akan buy back sahamnya maksimal 1% dari jumlah saham yang sudah dikeluarkan perusahaan dan kelak akan menjadi treasuri. Pembelian saham dimulai 16 Maret-16 Juni
3. PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR)
Perusahaan ini akan melakukan buy back dengan alokasi dana sebanyak Rp 72 miliar. Adapun periode pelaksanaan buy back dilakukan pada tanggal 16 Maret hingga 15 Juni 2020. Perusahaan menunjuk PT Indo Premier Sekuritas sebagai pedagang perantara efek dalam aksi korporasinya ini.
4. PT Sarana Menara Nusantara Tbk(TOWR)
PT Sarana Menara Tower Tbk (TOWR) juga berencana akan melakukan buy back saham perusahaan dengan dana yang disiapkan sebesar Rp 25 miliar. TOWR akan buy back sahamnya maksimal 2,5 miliar saham. Ini setara 5% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh.
TOWR menunjuk PT BCA Sekuritas sebagai pedagang perantara efek dalam pembelian kembali saham perusahaan tersebut.
5. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA)
PT Kawasan Industri Jababeka alias (KIJA) akan buyback dengan dana maksimal Rp 300 miliar untuk membeli sebanyak-banyaknya 4 miliar saham . Ini setara 20% dari total saham yang ditempatkan dan disetor penuh perusahaan ini. Buyback saham KIJA akan dilakukan secara bertahap yakni tanggal 18 Maret hingga 17 Juni 2020.
6. PT Mahkota Group Tbk (MGRO)
PT Mahkota Group Tbk (MGRO) akan buy back sebanyak-banyaknya 20 miliar saham dengan dana yang disiapkan Rp 20 miliar. Pembelian saham perusahaan akan dilakukan bertahap dalam periode 19 Maret hingga 18 Juni 2020. MGRO menunjuk PT Panin Sekuritas Tbk untuk atas aksi korporasi tersebut.
7. PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA)
Siapkan dana maksimal Rp 14 miliar, PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) akan melakukan buy back sahamnya sebanyak 147 juta saham.
Pembelian saham kembali akan dilakukan mulai tanggal 23 Maret hingga 23 Juni 2020.
8. PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS)
Telefast Indonesia juga melaporan aksi buy back sahamnya dengan maksimal 333, 33 juta saham dengan dana yang disiapkan perusahaan sebesar Rp 6,66 miliar. Perusahaan juga membatasi harga pembelian saham dengan harga maksimal Rp 180 per saham.
Adapun jangka waktu pembelian saham TFAS mulai 20 Maret sampai dengan 20 Juni 2020.
9. PT Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA)
GPRA juga akan melakukan buy back saham dengan maksimal saham yang akan dibeli oleh perusahaan ini sebesar 855,33 juta saham. Saham ini setara 20% modal yang disetor perusahaan.
Buy back akan dilakukan emiten properti ini mulai 18 Maret-20 Juni 2020. Dengan asumsi perusahaan ini akan menggunakan dana yang dicadangkan untuk aksi ini Rp 10 miliar dan ditambah biaya transaksi, "Ini akan mempengaruhi laba perusahaan atas biaya transaksi, namun tak berpengaruh ke pendapatan perusahaan, " tulis manajemen GPRA di keterbukaan informassi (18/3).
Sepertinya, daftar emiten swasta yang akan melangsungkan buyback saham akan terus bertambah, menyusul kejatuhan harga saham perusahaan. Apalagi, bursa saham juga masih dalam tren penurunan lantaran kian merebaknya virus corona, tak hanya di global tapi juga di Indonesia yang ditandai dengan terus bertambahnya jumlah korban yang positif corona.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News