Reporter: Rezha Hadyan | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali anjlok. Selama sepekan terakhir harga CPO tercatata sudah mengalami penurunan sebesar 3,41%.
Harga CPO untuk kontrak Mei di Bursa Malaysia Derivative Exchange pada penutupan perdagangan Selasa (26/1) berada di level MYR 2.183 atau US$ 619,18 per ton atau turun 1,36%. Penurunan tersebut merupakan kelanjutan dari penurunan yang terjadi pada penutupan perdagangan Senin (25/1).
Salah satu emiten yang paling merasakan dampak dari penurunan harga CPO adalah PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT). ini mengaku tidak dapat berbuat banyak untuk menghadapi penurunan harga CPO yang berulang kali terjadi. “Karena harga ini diluar kontrol kami, kami hanya bisa konsisten untuk terus meningkatkan produksi saja,” kata Corporate Secretary Eagle High Plantation Satrija Budi Wibawa kepada Kontan.co.id Rabu (27/2).
Pada Januari 2019 produksi kelapa sawit dan produk turunannya oleh Eagle High Plantations berhasil naik dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2018 atau year on year (yoy). Produksi tandan buah segar (TBS) naik 84,9% menjadi 131.981 yang diikuti oleh kenaikan produksi CPO sebesar 85% menjadi 27.971 ton. Kemudian produk lainnya berupa minyak inti kelapa sawit atau palm kernel oil ikut mengalami kenaikan 78% menjadi 4.289 ton.
Lebih lanjut Satrija bilang untuk menyiasati fluktuasi harga CPO pihaknya tidak menyiapkan strategi khusus. Layaknya emiten-emiten berbasis kelapa sawit lainnya Eagle High Plantations akan terus berupaya mewujudkan perencanaan dan pengelolaan anggaran perusahaan yang efektif dan efisien di seluruh lini operasional. Salah satunya melalui implementasi sistem teknologi informasi (TI) di internal perusahaan.
Saat ini, Eagle High Plantations sudah mengadopsi teknologi data warehouse beserta Online Analytical Processing (OLAP) Jedox yang ditunjang oleh Qlikview, sebuah infrastruktur teknologi informasi (TI) pengelolaan laporan dan analisis data. Kemudian untuk meningkatkan produktivitas ikut diadopsi pula sistem panen berbasis teknologi digital atau Digital Harvesting System.
Selain itu, ikut dibangun pula pabrik kelapa sawit baru (PKS) untuk pengelolaan dan pengolahan hasil produksi perkebunan yang lebih efisien. Berdasarkan catatan Kontan.co.id Eagle High Plantations telah memiliki sembilan PKS dengan total kapasitas sebesar 2,85 juta ton per tahun.
Jumlah PKS tersebut akan kembali bertambah lantaran Eagle High Plantations saat ini sedang membangun membangun satu unit PKS dengan kapasitas 60 ton per jam dan bulking station dengan kapasitas simpan sebesar 4.000 ton dengan nilai investasi sekitar Rp 150 miliar.
PKS yang akan dibangun di Kalimantan Timur ini sebagai upaya perusahaan guna mengantisipasi peningkatan produksi perkebunan kelapa sawit yang akan memasuki di usia prima pada tahun 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News