kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi Batavia meracik reksadana anyar


Rabu, 09 Oktober 2013 / 16:24 WIB
Ini strategi Batavia meracik reksadana anyar
ILUSTRASI. Mac and Cheese yang super creamy (dok/Loveless Cafe)


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, sejumlah manajer investasi berusaha mengatur strategi untuk meningkatkan nilai investasinya. Termasuk yang dilakukan perusahaan manajer investasi PT Batavia Prosperindo Asset Management (BPAM).

Salah satu jurus yang dilakukan perusahaan manajer investasi ini adalah, memfasilitasi keinginan investor terhadap suatu instrumen investasi. Hal ini direalisasikan dalam penerbitan reksadana baru. Adapun, jenis reksadana itu adalah reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksana terproteksi.

Nah, BPAM memiliki strategi atas penempatan portofolio aset masing-masing reksadana. Lilis Setiadi, Direktur Utama Batavia Prosperindo Aset Management menjelaskan, untuk reksadana pasar uang yang akan terbit akhir tahun nanti, perusahaan menempatkan 100% dana kelolaan di instrumen deposito.

Saat ini, BPAM telah memiliki satu produk reksadana pasar uang bernama Batavia Dana Kas Maxima. Aset dasar produk ini adalah deposito dan obligasi bertenor di bawah satu tahun. Namun, gejolak di pasar keuangan membuat kinerja obligasi ikut merosot, termasuk kinerja reksadana pasar uang reksadana milik BPAM.

Oleh karena itu, di produk barunya ini, BPAM memilih deposito sebagai satu-satunya aset dasar menyusul karakteristik deposito yang memiliki return lebih stabil. Adanya diversifikasi produk deposito membuat investor bisa memperoleh return maksimal dibanding deposito murni.

Selain itu, dari sisi likuiditas, produk ini lebih likuid karena bisa ditarik sewaktu-waktu. Lilis mengestimasi, dengan posisi BI Rate ada di level 7,25%, investor bisa memperoleh return sekitar 6%-6,5% per tahun di produk reksadana pasar uang ini.

Selanjutnya, untuk produk reksadana pendapatan tetap, BPAM akan menggunakan obligasi negara yang bertenor lebih dari 10 tahun sebagai aset dasar mayoritas. Sedangkan sisanya, obligasi korporasi bertenor tiga hingga tujuh tahun. Lilis memperkirakan, kondisi pasar obligasi akan membaik dalam beberapa waktu mendatang.

"Sebagai cerminan awal, dana asing yang masuk dari akhir Agustus hingga akhir September (2013) mencapai Rp 10 triliun," tuturnya, Rabu (9/10). Oleh karena itu, dalam satu tahun ke depan, ia mengestimasi tingkat imbal hasil indikatif untuk produk baru ini ada di kisaran 8%-8,5%.

Produk anyar lain yang akan diterbitkan adalah reksadana campuran. Kebijakan investasi yang akan ditanamkan pada produk ini adalah sekitar 40% hingga 70% dana kelolaan akan dibiakkan di instrumen saham. Sedangkan sisanya di pasar uang. Saham-saham yang akan menjadi andalan antara lain, saham sektor infrastruktur, properti, telekomunikasi, bank, dan konsumer.

Di tengah pasar yang belum stabil seperti saat ini, BPAM akan menghindari emiten yang memiliki eksposur tinggi terhadap kurs dollar AS. Selain itu, BPAM juga akan memperhatikan likuiditas pasar masing-masing emiten. Jika likuiditas kian mengecil, maka secara perlahan Batavia akan mengurangi eksposur di emiten yang bersangkutan.

Terakhir, reksadana terproteksi. "Salah satu produk reksadana terproteksi kami, underlying-nya obligasi ADMF (Adira Dinamika Multi Finance) yang bertenor tiga tahun," jelas Lilis. Sedangkan satu produk terporoteksi lainnya masih dibicarakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×