kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi ASSA jaga rasio utang tetap rendah


Selasa, 06 Mei 2014 / 08:30 WIB
Ini strategi ASSA jaga rasio utang tetap rendah
ILUSTRASI. Hampers eco-friendly, bisa diberikan sebagai ide kado Natal yang ramah lingkungan dan anti mainstream.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 700 miliar-Rp 800 miliar tahun ini. Capex tersebut akan digunakan untuk membeli sebanyak 4.000 unit kendaraan baru guna memperkuat armadanya.

Jika biasanya sumber pendanaan capex memiliki porsi 70:30 antara pinjaman bank dengan kas internal, maka lain halnya dengan ASSA. Sumber pendanaan capex ASSA tahun ini 100% dari pinjaman bank.

"Meski capex 100% dari bank, tapi rasio utang kami masih akan tetap terjaga," tandas Hindra Tanujaya, Direktur ASSA belum lama ini. Bank Mandiri dan BCA masih menjadi klien utama ASSA untuk penarikan pinjaman.

Sebab, pinjaman tersebut tidak langsung ditarik dalam jumlah besar sekaligus melainkan secara bertahap. Jika ditarik sekaligus, maka manajemen wajib membayar bunga bulanan meski belum memperoleh inflow dari pelanggan.

Manajemen baru akan menarik pinjaman jika ada sejumlah pelanggan yang ingin menggunakan layanan produk ASSA. Cara ini membuat manajemen bisa memanfaatkan inflow yang masuk untuk mendanai biaya bunga yang berasal dari pinjaman tersebut.

Sebelum menggelar initial public offering (IPO), rasio utang atau debt to equity ratio (DER) ASSA sempat menyentuh level 7 kali. Saat ini, posisi DER ASSA sekitar 1,63 kali. Sementara untuk tahun ini, DER yang bisa ditolerir atau dijaga maksimal 5 kali.

"Jadi, kami masih memiliki kapasitas leverage yang masih luas untuk mendanai ekspansi kami tahun ini," ujar Hindra.

Sebenarnya, ASSA sempat memiliki ide untuk menerbitkan obligasi sebagai sumber pendanaan capex. Namun, rencana tersebut urung dilaksanakan lantaran tidak sesuai dengan skema bisnis yang dimiliki ASSA.

Jika menerbitkan obligasi, manajemen memang bakal memperoleh dana besar sekaligus dengan cost of fund yang lebih murah. Tapi, sama seperti menarik pinjaman dalam jumlah besar tadi, manajemen jadi memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara periodik, padahal belum tentu ada inflow yang masuk untuk jangka waktu tertentu.

Tapi, dengan pinjaman bank maka jumlahnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan. "Jadi, ada miss match dengan rencana penerbitan obligasi, makanya kami pilih pinjaman bank," pungkas Hindra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×